Kamis, 14 November 2013

CHRISTIAN SNOUCK HURGRONJE, INILAH ORANG YANG MERUSAK NASAB & SEJARAH ISLAM DI INDONESIA

Oleh:

Iwan Mahmoed AL-Fattah Azmatkhan

Anda tentu masih ingat, ketika kita masih Di SD dimana sering sekali kita mendapatkan materi tentang Keislaman dari guru agama Islam maupun guru sejarah khususnya pada topik penyebaran Islam di Indonesia. Dalam setiap materi yang diajarkan oleh guru-guru itu kita hal yang tidak asing dan sangat akrab ditelinga kita bahwa "ISLAM DIBAWA KE INDONESIA MELALUI PEDAGANG-PEDAGANG GUJARAT INDIA". Dengan begitu PDnya guru guru kita pada waktu itu menjelaskan tentang teori yang satu ini, dan hampir dapat dipastikan bahwa teori-teori yang lain harus tersingkir dalam sejarah masuk dan berkembangnya Islam ini..


Dalam buku "POLITIK BELANDA TERHADAP ISLAM DAN KETURUNAN ARAB DI INDONESIA, yang disusun oleh Sayyid Hamid AL Qadri halaman 11 dan 12 , Sayyid Hamid mengatakan bahwa "teori tentang masuknya Islam Di Indonesia lewat India,adalah teorinya Snouck, Dan ia terkenal sangat gigih dalam membuktikan bahwa Agama Islam masuk ke Indonesia melalui jalur India ini, dengan mengatakan "bukan orang-orang arab yang memasukkan agama Islam di Indonesia, tetapi orang India". Akibat adanya teori yang satu ini banyak akhirnya fihak yang memandang bahwa Arab sama sekali tidak mempunyai sumbangsih apapun dalam perkembangan Islam. Kenapa ia begitu ngotot menyebarkan teori yang menyesatkan ini, tidak lain dan tidak bukan ia ingin memutus mata rantai hubungan antara Indonesia dan Arab, kenapa demikian? karena selama Ini fihak Belanda sangat kesulitan dalam menundukkan pejuang-pejuang Islam terhadap tirani kekuasaan mereka. Hubungan antara Arab dan Indonesia menjadi sangat serius dimata mereka, karena secara umum banyak orang Indonesia serta tokoh tokoh Islamnya mempunyai hubungan yang kuat, baik lewat Syarif Syarif Mekkah maupun pada saat mereka musim haji, apalagi pada musim haji ratusan tahun yang lalu banyak orang Indoenesia yang bermukim di kawasan timur tengah, sehingga dengan adanya interaksi ini sering membawa perubahan cara berfikir terutama dalam menyikapi penjajahan. Dan satu-satunya negara yang membuat repot para penjajah khususnya Belanda ini adalah Indoneisa. Negara-negara Penjajah dinegeri lain tidaklah terlalu repot menghadapi koloni-koloninya, walaupun koloni-koloni tersebut banyak yang negara Islam, memang koloni koloni itu ada pula perlawanan, namun secara umum kondisinya banyak yang adem ayem, ini berbeda dengan Indonesia, yang setiap beberapa tahun selalu timbul perlawanan diberbagai wilayah. Kenapa bisa terjadi perlawanan-perlwanan itu, tidak lain dan tidak bukan karena peran ulama-ulama yang mempunyai hubungan yang kuat dan mendapat pengaruh dari arab, baik secara sanad keilmuan maupun secara nasab. Adanya hubungan inilah sering menyebabkan kesadaran untuk berjuang, terutama umat Islamnya. Apalagi pada masa itu kekuasaan di Arab, khususnya Makkah dan MAdinah masih kuat memegang faham Ahlussunnah wal jamaah yang memiliki kesamaan dengan bangsa ini. Syarif Syarif Mekkah pada masa itu adalah masih satu nasab dihampir sebagian ulama-ulama kita. Dunia arab sedari dulu memang sangat akrab dengan Nusantara ini, tidak hanya dimulai dari abad 13, sd 15, tapi jauh sejak masa Sayyidina Usman hubungan Arab dan Nusantara sudah terjalin. beberapa penyebar Islam di Aceh banyak dari keturunan Arab. Salah satu penyebar agama Islam di JAwa juga berasal dari Arab yaitu Walisongo. Secara nasab dan budaya mereka adalah keturunan Arab dan hampir dapat dipastikan bahwa pengaruh mereka tidaklah kecil, mereka bukanlah "figuran" dalam sejarah bangsa ini, mereka justru adalah aktor utama dalam berkembangnya Islam Di Nusantara ini..

Hubungan yang mesra antara Ulama Indonesia dengan Arab inilah yang salalu membuat belanda ketir ketir, karena perlawanan yang dipimpin oleh ulama ini sangat ditakuti, karena mereka sudah memegang prinsip JIHAD FI SABILILLAH..Sesuatu prinsip yang paling ditakuti dalam konsep perang dimanapun berada, karena konsep ini tidak memikirkan kematian, justru konsep ini tujuannya adalah menyongsong kematian dengan ridho Allah, sehingga ketika berperangpun mereka sudah tidak berfikir untuk mati atau luka..Mulai dari perang Palembang dengan Sultan Mahmud Badarudin, Perang Diponegero, Perang Banjarmasin, Perang Aceh, hampir semuanya membuat fihak Belanda kewalahan dan nyaris membuat kas mereka bangkrut. Oleh karena itu untuk mengatasi hal-hal seperti ini maka Fihak Belandapun berfikir keras dengan mencari akal dengan mengadakan penelitian agar perlawanan-perlawanan itu bisa dipadamkan, maka akhirnya melalui salah seorang Politikus mereka yaitu "TUAN BESAR " Snouck ini dimulailah proyek penelitian untuk melemahkan perlawanan Islam. Snouck menurut saya adalah seorang Politikus ketimbang sebagai ilmuwan.  Karena seorang ilmuwan sejati tidak akan pernah mengorbankan dirinya demi politik kekuasaan. Sehingga karena perannya sebagai poltikus, sudah tentu apa yang dilakukannya hanya untuk kekuasaan dan langgengnya kekuasaan kolonialis negaranya. Sebagai seorang politikus (walaupun dibingkai dengan gelar akademis) cara-cara licik selalu dia terapkan. Mulai dari pura-pura masuk Islam dan berganti nama menjadi Abdul Gaffar, kemudian pergi haji dan menetap disana sambil pura-pura belajar agama Islam kepada beberapa ulama, sehingga mampu mengecoh beberapa ulama disana. Manusia yang licik ini bahkan sempat bertemu dengan Syekh Nawawi Al Bantani yang merupakan ulama besar dunia dan Ulama Kebanggaan Nusantara, sekaligus guru dari ulama-ulama Indonesia. Semua kehidupan dan hubungan ulama-ulama mekkah dengan putra-putra Indonesia mendapatlkan perhatian serius dari manusia yang satu ini. ABDUL GAFFAR palsu ini pura-pura hidup sebagai seorang muslim dan mempelajari bagaimana hubungan Syekh Nawawi dengan para pelajar Indonesia. selain Syekh Nawawi, ulama-ulama Indonesia yang mukim di Mekkah tidak luput dari penyelidikannya Seperti Syekh Ahmad Khotib Al Minangkawabawi, Syekh Ahmad Khotib Sambas, Syekh Abdul Ghani Bima, dan lain-lain. Setelah selesai dalam “penelitiannya”  kemudian Tuan Snouck kembali pulang kenegaranya dan kembali menjalani kehidupanya dan masuk agamanya kembali.

Melalui penelitian Snouck inilah akhirnya Belanda menjadi tahu titik lemah perlawanan para pejuang Islam, tidak lama setelah kedatangannya di Belanda,  Snouck melaporkan semua hasil “penelitiannya”.  Fihak Belanda mulai menerapkan usulan-usulan dari Snouck demi melemahkan perlawanan Islam. Teori-teori yang seolah-olah Ilmiah ini terus disebarkan dan didengungkan keberbagai forum, hubungan antara ulama, pelajar, dan rakyat dipisahkan. Hubungan dengan kaum priyayi/bangsawan kerajaan setempat diperkuat tapi demi untuk kepentingan mereka. Belanda juga mulai memutus hubungan antara ulama Indonesia dengan ulama Mekkah. Sedapat mungkin peran ulama betul-betul mereka injak dan mereka pinggirkan baik lewat politik apalagi lewat kajian-kajian ilmiah, tidak heran pasca gerakan snouck ini bermuncullanlah para "ilmuwan-ilmuwan" dari fihak kolonialis ini yang kerjanya mencari titik lemah sejarah perkembangan islam dengan selalu menjungkirbalikkan fakta-fakta yang ada. Mungkin tidak semua, namun karena kebanyakan mereka hidup dibawah ketiak negaranya, maka banyak dari mereka yang bersedia "menghambakan" dirinya demia kekuasaan semata. Anehnya dengan adanya fakta seperti ini, sampai sekarang masih saja orang Indonesia masih memakai teori ini bahkan banyak dari mereka yang bahkan kagum dengan sosok yang licik ini, padahal hancurnya perlawanan islam di Nusantara, terutama perang Aceh adalah karena peran licik dari seorang yang mengaku sebagai akademisi dan ilmuwan, padahal sebenarnya ia adalah seorang politikus licik yang memang sering menggunakan cara-cara apapun, apalagi politikus politikus yang dibiayai demi kepentingan Kolonial..

Imam Ahmad Al-Muhajir bin Isa Ar-Rumi

IMAM AHMAD AL MUHAJIR BIN ISA AR RUMI (Bapak Biologi, Idiologi, dan Ruhani Ulama Walisongo dan Sultan- Sultan Azmatkhan)

Imam Ahmad Al Muhajir..bila disebut nama ini, bagi orang orang yang terbiasa bergaul dengan komunitas ahlul bait terutama kaum alawiyin, pasti sudah tidak asing lagi. Para pecinta ahlul bait di Jakarta maupun seluruh Nusantara, pasti tidak asing dengan nama yang satu ini. Nama ini adalah sebuah nama wajib yang harus disebut dalam setiap pembacaan doa maupun acara-acara keagamaan. Dalam pengalaman saya mengikuti kegiatan maulid, khaul, Isra Mi'raj yang dilaksanakan oleh para habaib maupun kyai-kyai di Jakarta, nama Imam Ahmad Al Muhajir pasti disebut. Dari Tahun 1989 s/d tahun 2000an, ketika saya sering mengikuti kegiatan-kegiatan rutin yang diadakan majelis-majelis besar Di Jakarta ini, nama Imam Ahmad Al Muhajir masih terus abadi dan sering disebut-sebut sebagai orang pertama dalam urutan kaum alawiyin dalam pemberian doa dan fatehah. Bukan itu saja bahkan penyebutan nama beliau sudah bukan milik para ahlul bait kalangan alawiyin lagi, penyebutan nama beliau bahkan sudah merata bagi kalangan majelis taklim atau majelis-majelis keagamaan di seantero jakarta bahkan Nusantara ini. Tidak menyebut nama beliau, rasanya seperti tidak sah saja dalam setiap kegiatan. Saya sendiri dalam setiap doa, sebelumnya selalu menyebut nama beliau ini, tanpa saya sadari (mungkin ini karena ajaran guru guru saya dulu) nama beliau pasti selalu saya sebut, bahkan beberapa hari yang lalu ketika sahabat saya yang seorang ustad memimpin pembacaan ratib haddad, beliau saya tegur dengan nada bercanda, saya katakan kepada sahabat saya itu, "kok nama Imam Ahmad Al Muhajir gak disebut", begitu mendengar kalimat ini, teman saya kaget dan baru sadar dan senyum, dia menjawab, "wah, kok ana bisa lupa ya, padahal nama Imam Ahmad selalu ana sebut". Dulu saya pernah bertanya-tanya, siapa Imam Ahmad Al Muhajir ini? Mengapa namanya tidak lekang oleh waktu dan selalu tidak terlupakan dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilakukan umat Islam Di Jakarta maupun di Nusantara ini yang memang mayoritas sering mengadakan tradisi maulid, Khaul dan kegiatan-kegiatan agama lain.

Begitu eratnya nama ini pada masyarakat Islam yang sering mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan, sampai-sampai banyak fihak yang berusaha mempelajari biografi dari seorang Imam Ahmad Al Muhajir, salah satunya adalah KH Abdoellah bin Nuh, seorang ulama international Indonesia, kecintaan beliau akan ahlul bait didedikasikan dengan membuat buku Al Imam Ahmad Muhajir.. Saya sendiri berusaha keras untuk mempelajari biografi tokoh yang fenomenal ini, sepertinya magnet dari beliau ini sangat luar biasa. Tidak mungkin bila nama seorang disebut bila tidak mempunyai jasa yang besar. Tidak mungkin namanya abadi bila dakwahnya tidak berhasil. Setiap nama yang disebut terus menerus, bahkan hampir seribu tahun, pasti nama dan kedudukan orang itu sangat istimewa, contohnya seperti Syekh Abdul kodir Jaelani. Penulisan sejarah tentang Imam Ahmad Al Muhajir ini bahkan dapat dikatakan sangat banyak, hanya saja untuk edisi Indonesia masih terbatas, yang banyak adalah edisi bahasa arab, kebanyakan orang menulis dalam edisi bahasa Indonesia masih menulis figur-figur yang sudah melekat kuat di bangsa ini, seperti Syekh Abdul Kodir Jaelani. Namun betapapun demikian, jasa dan peranan dari Imam Ahmad al Muhajir tidaklah kalah dari saudara senasabnya itu..Ya kedua-duanya adalah zuriah dan permata dari Rasulullah SAW, hanya saja yang satu di bagdad yang satu lagi di Hadramaut Yaman. Namun sebenarnya sebelum Imam Ahmad menetap di Hadramaut beliau pernah ditinggal di Basrah Irak, namun karena fitnah terhadap Ahlu Bait makin menggila akhirnya beliau memutuskan hijrah ke Hadranmaut Yaman untuk berdakwah, bukan menyingkir karena takut!. sekali lagi beliau hijrah dari basrah ke Hadramaut Yaman karena memang untuk berdakwah. Nama Al Muhajir sendiri berarti BERPINDAH. beliau berpindah dari Basrah ke Yaman, Kepindahan beliau dari Basrah ke Yaman ini akhirnya dinisbatkan dengan namanya, yaitu Imam Ahmad AL Muhajir.

Imam Ahmad dalam sebagian kecil biografinya, seperti yang ditulis Faris Khorirul Anam Lc dalam bukunya yang berjudul AL IMAM MUHAJIR (Leluhur Walisongo dan Habaib di Indonesia) dalam pendahuluan bukunya mengatakan bahwa Imam Ahmad adalah pembesar (kibar) dari keturunan Rasulullah SAW. Ini artinya kedudukan beliau mempunyai pengaruh yang kuat pada keluarga besar ahlul Bait Nabi Muhammad SAW khususnya keturunan dari jalur beliau ini. Karena dari beliaulah telah lahir puluhan ribuan ulama keturunan beliau yang banyak menyebar keseluruh dunia, termasuk walisongo!!. Ya Imam Ahmad Al Muhajir adalah salah satu nenek moyangnya walisongo. Tidak hanya walisongo, Imam Ahmad Al Muhajir juga merupakan leluhurnya sebagian para sultan di Nusantara. Imam Ahmad Al Muhajir bukan hanya leluhurnya para habaib yang datang pada abad 18, namun ia juga merupakan leluhurnya walisongo, sebagian sultan di nusantara, dan ia juga merupakan leluhurnya sebagian ulama di Nusantara. Sebagian yang disebut-sebut ini nasabnya banyak yang kembali kepada Imam Ahmad Al Muhajir. Dalam catatan-catatan zuriat keturunan walisongo dan sebagian para sultan-sultan serta ulama-ulama dibeberapa daerah, kebanyakan nasab mereka, salah satu leluhurnya adalah Imam Ahmad Al Muhajir. Imam Ahmad Al Muhajir sendiri adalah leluhur ke 9 dari Sayyid Abdul Malik Azmatkhan yang merupakan nenek moyangnya walisongo, sebagian sultan-sultan dan ulama-ulama keturunan Azmatkhan. Sayyid Abdul Malik Azmatkhan sendiri adalah keturunan ke 9 dari Imam Ahmad Al Muhajir. Sayyid Abdul Malik bahkan dibelakang namanya sering dinisbatkan dengan nama Al Muhajir, mirip dengan datuknya Imam Ahmad Al Muhajir. Adanya hubungan nasab antara Sayyid Abdul Malik dan Imam Ahmad Al Muhajir inilah semakin memperkuat hubungan batin antara walisongo dengan seluruh Zuriah alawiyin. Dalam berbagai catatan nasab ulama yang menekuni nasab ahlul bait, banyak yang menyatakan bahwa Sayyid Abdul Malik memang bernasabkan kepada Imam Ahmad Al Muhajir karena ayah dari Sayyid Abdul Malik adalah Sayyidina Alwi Ammil faqih yang merupakan salah satu paman dari Al Imam Al Faqih Muqaddam (Sayyidina Muhammad bin Ali Baalawy). Al Imam Faqihil Muqoddam adalah pemuka alawiyin dari jalur sayyidina Ali (adik Sayyidina Alwi Ammil Faqih), sedangkan Sayyid Abdul Malik pemuka alawiyin dari jalur Sayyidina alwi ammil faqih (kakak dari sayyidina Ali). Artinya Sayyid Abdul Malik adalah sepupuan dengan Al Faqihil Muqaddam. Antara Sayyid Abdul Malik bin Alwi Ammil Faqih dan Al Imam Faqihil Muqoddam Muhammad bin Ali Baalawy adalah pemuka alawiyin. kedua-duanya banyak menurunkan ulama besar. Al Imam Faqihil Muqaddam sendiri banyak menurunkan marga atau Fam dalam jumlah kurang lebih 115 fam, sedangkan sayyid abdul malik (terutama dari jalur ayahnya Al Imam Alwi Ammil Faqih) hanya menurunkan 15 fam, namun kedua duanya memiliki keturunan yang sangat banyak, keturunan Sayyid Abdul Malik Azmatkhan, bahkan sebenarnya memiliki fam pecahan yang juga tidak kalah banyaknya dan ini terdata dalam kitab nasab Ensiklpedia Nasab Al Husaini, mereka itu menyebar keseluruh dunia, khususnya di kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan.

Dapat dikatakan bahwa Imam Ahmad Al Muhajir adalah bapak biologis, idiologis, ruhani bagi bangsa ini, bukan hanya para zuriah habaib yang sekarang, namun ia juga bagian penting dari keluarga besar walisongo, sultan sultan, ulama-ulama dan Rakyat Indonesia. Adalah sebuah hal yang wajar bila kita mau mempelajari sosok yang mulia ini. Kalau kita sering menyebut Imam Abdullah bin Alwi Alhaddad, Imam Al Gazali, Imam Nawawi, dan imam-imam yang lain, mengapa pula nama Imam Ahmad Al Muhajir kita tidak sebut, padahal jasanya terhadap bangsa ini luar biasa, melalui keturunannya bangsa ini bisa mengenal Islam, melalui keturunannya bangsa ini bisa berdiri, jadi sudah sewajarnya nama yang satu ini mendapat tempat di hati bangsa Indonesia ini..

Tubagus Syariun bin Tubagus Laytani Azmatkhan (Ulama Betawi)

Oleh:
Iwan Mahmoed Al-Fattah Azmatkhan

RADEN HAJI GURU SYARIUN (KONGRIUN) BIN RADEN LAYTANI AZMATKHAN, ULAMA SUFI DARI TEGAL PARANG MAMPANG PRAPATAN, AZMATKHAN YANG MASTUR DARI BUMI BETAWI

Beliau adalah guru besarnya untuk masyarakat Tegal Parang  dan Mampang Prapatan serta daerah Pancoran Jakarta Selatan pada masa lalu.  Tegal Parang, Mampang Prapatan dan Pancoran  adalah satu daerah yang  yang cukup kuat dengan nilai-nilai Islaminya. Sejak dulu sampai sekarang Tegal Parang dan Mampang Prapatan, dan Pancoran adalah merupakan salah satu basis keislaman Masyarakat Betawi Asli.  Selain Condet, Kwitang, Tegal Parang, Mampang Prapatan dan Pancoran dari dulu sudah terkenal atau Mahsyur sebagai gudangnya beberapa ulama Betawi. Mungkin sebagian besar masyarakat Betawi nama GuruMughni (Kuningan), Guru Marzuki (Klender), Guru Mansur,  Guru Madjid, Guru Mahmud, Guru Amin, Guru Mujtaba sudah cukup dikenal, namun rupanya ada satu nama yang kiranya tidak kalah pamornya dengan nama-nama yang saya sebut ini, yaitu beliau Raden Guru Syariun bin Raden Laytani yang berasal dari Tegal Parang. Berbicara ulama Betawi yang Azmatkhan, memang sangatlah menarik untuk dibahas, karena mereka-mereka ini jarang diketahui  sejarah dan nasabnya, tapi uniknya  justru mereka ini sering memberikan pengaruh yang kuat pada masyarakatnya. Saya  sengaja mengangkat sosok beliau ini, agar orang-orang Betawi lebih mengenal siapa saja sebenarnya ulama-ulama asli Betawi, terutama ulama Betawi  yang merupakan Keturunan Azmatkhan Al Husaini. Ulama Betawi itu tidak hanya didominasi oleh Ahlul Bait dari jalur lain, tapi Keluarga Azmatkhan juga mempunyai putra-putra terbaiknya. Ulama Betawi Keturunan Azmatkhan bila dilacak nasabnya, banyak bertebaran di Betawi ini, namun karena mereka banyak yang menginginkan dirinya Mastur, akhirnya banyak pula dari mereka yang tidak diketahui sejarah dan nasab, namun hal ini juga bisa dimaklumi, karena kebanyakan mereka itu mastur karena berbagai pertimbangan, salah satunya agar mereka tidak diawasi dan diburu oleh penjajah.Seperti yang kita tahu bahwa Penjajah ini paling benci dengan keluarga besar keturunan Walisongo (Azmatkhan) karena dari keturunan Walisongo melalui tokoh-tokohnya sering mengadakan perlawanan-perlawanan. Adanya pengawasan yangketat dari penjajah telah membuat sebagian besar keturunan Azmatkhan lebih memilih Mastur dan jarang menunjukkan dirinya, jika mereka adalah Dzuriah dan Ahlul Baitnya Rasulullah SAW, apalagi wajah mereka banyak yang sudah tidak arablagi.

Untuk Tulisan kali ini saya akan coba mengangkat sosok Ulama Sufi Betawi yang mastur ini. Mungkin bagi sebagian besarorang Betawi, nama beliau ini jarang dikenal, namun jangan lupa beliau ini sebenarnya adalah seorang ulama besar Keturunan Azmatkhan. Harus diakui bahwa Betawi ternyata tidak hanya menyimpan kehidupan budaya  yang kaya, namun dia juga banyak menyimpan data sejarah dan nasab ulama-ulama keturunan Azmatkhan. Maka wajar menurut saya sudah seharusnya sosok beliau ini diangkat dalam bentuk sejarah atau Manaqib agar kelak sejarah itu bisa dibaca oleh anak cucunya dan juga orang-orang yang mencintai ulama serta masyarakat Betawi pada umumnya. Menurut saya beliau ini bisa dikatakan setara dengan ulama-ulama besar Betawi lainnya, karena beliau ini hidup diera ulama-ulama besar Betawi pada masa lalu. Diperkirakan beliau inihidup antara tahun 1850an s/d 1926 atau mungkin bisa saja lebih, karena menurut beberapa keturunannya, beliau wafat dalam usia yang cukup tua, antara 80 s/d 90tahun. Jadi Guru Syariun masih satu zaman dengan ulama-ulama Betawi yang saya sebutkan diatas, belum lagi ulama-ulama besar dari daerah lain seperti Mbah Kholil Bangkalan, Syekh Nawawi Banten, KH Hasyim Asyari.  Namun demikian karena kehidupan beliau ini memang cenderung hidupnya sufi dan juga mastur sehingga keberadaan sejarah dirinya jarang diangkat oleh beberapa penulis-penulis sejarah Betawi, padahal jasa beliau dalam dunia dakwah di Betawi, khususnya didaerah Jakarta Selatan seperti tegal Parang, Mampang dan sekitarnya tidaklah kecil.

Di daerah Tegal Parang,  Mampang Prapatan dan Pancoran, sampai sekarang kegiatan-kegiatan Agama Islamnya masih marak. Masjid dapat dikatakan  ada dimana-mana. Bisa dikatakan Mampang Prapatan, Tegal Parang, Pancoran adalah daerah yang Islami, Tawuran jarang terdengar, Narkoba juga jarang terlihat, tempat-tempat maksiat juga nyaris tidak terlihat. Daerah-daerah ini lebih banyak Majelis Taklimnya, Masjid-masjid, pemakaman muslim, Lembaga Sosial Islam, Lembaga Pendidikan Islam, dan  akitifitas-aktifitas keislaman lainnya. Daerah-daerah kehidupan kekeluargaannya  juga masih terjalin cukup dekat. Sekalipun kini banyak pendatang-pendatang dari daerah lain dan banyak berdiri bangunan-bangunan mewah, kesan Keislaman daerah-daerah ini masih sangat kuat. Bahkan beberapa pusat dakwah pada sebagian pemuda muslim pada masa sekarang salah satunya  berada di Masjid Al Munawar Pancoran.  Memasuki daerah-daerah yang basis keslamannya kuat ini akan terasa nyaman bagi orang-orang yang memilki tingkat ruhani  yang baik. Tegal Parang, Mampang Prapatan dan Pancoran  mayoritas penduduknya adalah warga Betawi Asli  dan memang identik dengan Islam. Setiap waktu masuk Sholat, Adzan dari satu mesjid ke Mesjid saling sambung menyambung. Apalagi jika sudah masuk waktu subuh,suara Adzan didaerah ini betul-betul semarak. Saya sendiri juga heran dengan daerah yang satu ini karena buat saya kegiatan-kegiatan keagamaan yang mereka lakukan memang sangat bernuansa Betawi dan khas. Saya sebagai orang yang senang berpetualang dan sering mengamati berbagai kehidupan masyarakat di beberapa wilayah Indonesia, kadang sering terkagum-kagum dengan militansi masyarakat Tegal Parang, Mampang Prapatan dan Pancoran dalam menjalankan kegiatan-kegiatan keagamaan. Dari mulai Maulid, Khaul, Muharam, Isra Mi’raj daerah ini benar-benar semarak. Saya sampai berfikir, rasa-rasanya kegiatan agama Islam yang marak didaerah ini tidak mungkin terjadi tanpa adanya campur tangan beberapa ulama-ulama masa lalu. Disaat pikiran saya sedang tertuju pada hal tersebut, tiba-tiba saya mendapatkan satu nama yang kiranya bisa dikaitkan dengan kesemarakan kegiatan islam didaerah ini. Akhirnya dari beberapa orangtua yang merupakan penduduk asli Tegal Parang, Mampang Prapatan dan Pancoran, saya mendapati satu nama yang kiranya bisa dihubungkan dengan maraknya kegiatan-kegiatan Islam yang ada di daerah ini yaitu tokoh yang bernama Raden Guru Syariun bin Raden Laytani. Berbagai cerita saya dapati  tentang jati diri seorang Guru Syariun daripara sesepuh disana. Dulu ketika saya mendengar cerita-cerita masyarakat Tegal Parang tentang beliau ini saya jadi merasa penasaran dan bertanya-tanya siapa sebenarnya sosok yang satu ini. Bagi Masyarakat yang usianya 70 atau 80 tahun yang merupakan penduduk asli Tegal Parang sepertinya memang cukup mengenal namanya.
Cerita tentang beliau banyak saya terima kemudian saya olah, untuk kemudian saya teliti kembali. Rasa-rasanya dalam hati kecil saya, sosok ini bukanlah orang sembarangan, karena cerita yang saya dapati banyak sekali  kelebihan-kelebihanbeliau ini. Dari riwayat-riwayat yang saya peroleh (lebih dari 10 riwayat dari orang-orang yang mengerti Sejarah nasab & riwayat beliau) selain merupakan orang yang alim, beliau ini sering dikaitkan dengan hal-hal yang ajaib(karomah). Buat saya Karomah adalah sebuah hal yang wajar yang terjadi kepada para Wali Allah, karena memang Wali itu adalah kekasih Allah. Tiga atau empat tahun yang lalu saat saya mendengar nama beliau ini saya memang belum begitu tertarik, tapi ketika suatu saat ada silaturahmi beberapa keluarga Tegal Parang, terbukalah sosok yang satu ini. Beliau ternyata memang ulama besar Tegal Parangp ada masa lalu dan merupakan salah satu leluhur sebagian besar masyarakat Tegal Parang dan Mampang Prapatan.

Di Tegal Parang Guru Syariun lebih dikenal dengan nama KONG RIUN. Kalau kita menyebut nama Kong Riun pada beberapa sesepuh Tegal Parang, Insya Allah mereka kenal.  Kong Riun adalah ulama dengan tipikal Low Profil. Tidak terlihat jika beliau ini adalah seorang ulama. Beliau hidup sederhana dan banyak mengajar diberbagai tempat di Betawi pada masa lalu. Sosok Kong Riun dimata anak cucunya dianggap sebagai figur yang cukup memberikan uswah. Cerita-cerita tentang kebaikannya selalu saya dengar.

Pertanyaannya sekarang siapa sebenarnya beliau ini? Kenapa nama beliau ini bisa begitu legendaris dimata beberapa masyarakat asli Tegal Parang.

Akhirnya tahun 2011, suatu saatkeluarga besar Istri saya mendapat sebuah surat undangan dari sebuah perkumpulan yang menamakan diri dengan IKGS atau Ikatan Keluarga Guru Syariun untuk melaksanakan Khaulnya. Pas ketika melihat nama Guru Syariun tertera dikertas undangan itu  terus terang saya kaget, saya katakan kepada beberapa sesepuh disana “lho kalau begitu Kong Riunitu ada perkumpulan keluarga besarnya toh”, barulah ketika saya keluarkan kalimat itu, beberapa sesepuh mengatakan, “memang ada, bahkan sudah lama berdiri dan salah satu anggota yang cukup aktif justru Almarhum paman istri kamu itu”.Mertua saya bahkan mengatakan bahwa pada tahun 1980an beliau sering menghadiri acara Khaul Kong Riun bersama Almarhumah Istrinya. Dan disana mertua saya sering dijamu dan disambut beberapa familinya. Bahkan setiap habis acara khaul mertua saya sering diberi oleh-oleh burung dan buah-buahan seperti rambutan, kecapi dan lain-lain. Wah, betapa kagetnya saya jika didepan mata saya sendiri ada data primer yang valid, tapi justru saya tidak tahu. Maka ketika acara ini berlangsung saya mengajak istri, mertua dan beberapa keluarg auntuk mendatangi acara khaul yang diadakan di Cilebut Bogor Jawa Barat yang lokasinya tidak jauh dari stasiun Cilebut.

Pada saat kami tiba diacara khaul, saya kaget karena jamaah yang datang sekitar 3000 orang, wah banyak sekali mereka itu. Lebih kaget lagi ketika saya bertemu dengan banyak teman kuliah saya yang ternyata banyak dari  keturunan beliau. Jadi kami seperti reuni. Dan hebatnya ribuan orang itu ternyata banyak yang merupakan keturunan dan juga keluarga besar Kesultanan Banten. Ah, rupanya Kong Riun ini ternyata keturunan Kesultanan Banten. Dari awal sebenarnya saya juga sudah menebak jika beliau ini pasti keturunan Kesultanan, karena didepan namanya ada Gelar Raden begitu juga Bapaknya. Orang Betawi yang didepan namanya memakai gelar Raden biasanya pasti keturunan dari Keluarga Kesultanan. Jarang saya lihat orang Betawi memakai budaya seperti ini selain mereka yang berasal dari keturunan Kesultanan. Dari silsilah yang kami beli ternyata memang beliau ini adalah keturunan DariPangeran Sageri bin Sultan Ageng Tirtayasa. Pangeran Sageri adalah seorang Pangeran dari Kesultanan Banten yang menyingkir ke Jayakarta untuk menghindari Konflik antara Sultan Haji Palsu (Abdul Kahhar Palsu) dengan Sultan Ageng Tirtayasa. Pangeran Sageri adalah Azmatkhan, karena leluhurnya adalah Sultan Hasanuddinbin Sunan Gunung Jati Azmatkhan. Pangeran Sageri sendiri dimakamkan di Jatinegara Kaum. Keturunan Beliau menyebar keberbagai wilayah Jakarta dan sekitarnya. Adanya silsilah yang tertera ini telah menegaskan jika Raden Guru Syariun bin Raden Laytani adalah Ahlul Bait dari Azmatkhan. Nasab Keluarga Besar Pangeran Sageri khususnya juga Kong Riun beserta kuturunannya sudah masuk dalam kitab AL MAUSUU’AH LI ANSAABI AL IMAM AL HUSAINI (ENSIKLOPEDIA NASAB ALHUSAINI) yang disusun oleh Sayyid Bahruddin bin Sayyid Abdurrazak Azmatkhan AlHafidz & Sayyid Shohibul Faroji bin Sayyid Muhammad Misbah Azmatkhan AlHafidz, Penerbit Madawis.

Dari acara khaul yang diadakan ini, saya memang melihat banyak kyai-kyai, ajengan dan ulama-ulama keturunan Banten dan Jawa Barat yang hadir. Dan semua rata-rata banyak menceritakan tentang sosok Kong Riun. Rupanya mereka ini sudah lama tahu dengan sosok KongRiun. Acara ini menegaskan jika Kong Riun bukanlah orang sembarangan. Beberapa kyai bahkan dalam ceramahnya menyebutkan bahwa mereka sebenarnya sudah lama mendengar nama Kong Riun, cuma mereka penasaran dimana sebenarnya makam Ulama besar yang satu  ini karena di Tegal Parang, Mampang Parapatan, Pancoran tidak ada,  dan akhirnya mereka baru tahu jika makam beliau ini ada di Cilebut Bogor Jawa Barat. Beberapa keturunan Kong Riun yang mengerti Sejarah dan Nasab Kong mengatakan kepada saya  jika Keluarga Besar Kong Riun itu tersebar diberbagai wilayah Jakarta dan sekitarnya. Mereka dulunya banyak yang memakai gelar Ateng. Keluarga Besar Kong Riun sendiri banyak terdapat Di Tegal Parang, Mampang Prapatan, Pancoran, Cililitan,Citayam, Cilebut, Pasar Minggu, dan wilayah-wilayah lain. Beberapa Keturunan Kong Riun dan juga keluarga besarnya mengatakan kepada kami bahwa beberapa Kyai beken yang ada di Mampang Prapatan, Pancoran, Tegal Parang garis nasabnya masih ada hubungan dengan keluarga besar Kong Riun.

Kong Riun adalah orang yang alim dan punya banyak beberapa kelebihan. Dari beberapa riwayat yang kami peroleh beliau ini adalah orang yang penyayang terhadap faqir miskin. Ada sebuah cerita yang menurut kami menunjukkan kepolosan dan ketulusan hati  seorang Kong Riun. Riwayat ini kami peroleh dari beberapa orang tua di Condet dimana Musholah mereka yang bernama Mushola Attakwa (Dekat jalan raya Condet), Guru Syariun pernah mengajar.  Pada suatu saat setelah Kong Riun Mengajar, Kong Riun Bingung ketika mau pulang ke rumahnya, beliau bingung karena tidak punya uang untuk membayar getek dikali Ciliwung. Saat itu kehidupan Kali Ciliwung masih alami dan Condet masih bernuansa kampung Betawi yang asri. Ciliwung pada masa itu arus sungainya deras sehingga fungsi getek sangat vital untuk penyebrangan. Para muridnya begitu tahu kegundahan hati Kong Riun, akhirnya semua patungan dengan mengumpulkan uang yang ternyata setelah dikumpulkan jumlahnya cukup banyak. Hasil Patungan yang jumlahnya cukup banyak itu diberikan kepada Kong Riun. Kong Riun melihat perbuatan murid-muridnya itu beliau merasa terharu dan akhirnya beliau menerima uang itu. Setelah mengajar Kong Riun pulang dan naik getek, saat setelah tiba di Daerah Pasar Minggu beliau kemudian membayar getek,namun yang membuat tukang getek kaget sekaligus gembira adalah jumlah uang yang diberikan, karena uang yang diberikan Kong Riun adalah semua uang hasil patungan murid-muridnya.  Uang itu jumlahnya cukup banyak untuk ukuran pada masa itu, mungkin bisa satu atau dua minggu bisa menghidupi perekonomian si tukang getek. Si tukang getak pulang dan menceritakan kejadian tersebut kepada beberapa warga Condet, dan kebetulan saat dia bercerita ada murid-murid Kong Riun. Mendengar berita ini, para murid Kong Riun kaget. Ketika Kong Riun kembali mengajar, beberapa murid bertanya kepada Kong Riun, kenapa uangnya dikasih semua sama tukang getek, padahal jumlahnya banyak dan bisa digunakan untuk keperluan yang lain. Kong Riun menjawab kalaudia hanya butuh untuk bayar getek saja, bukan buat apa-apa. Mendengar hal ini kagetlah mereka, dan semakin yakinlah mereka akan kualitas iman dan kedudukan  seorang Kong Riun sebagai ulama. Kong Riun inipada masa lalu sangat terkenal di Condet. Bahkan menurut salah satu paman Istrisaya, nama Kong Riun cukup tenar didaerah Cililitan, bahkan jawara-jawara disekitar Cililitan cukup mengenal baik Kong Riun ini. Nama Kong Riun didaerah Condet dan Cililitan pada tahun 1920 ternyata cukup mendapatkan tempat.

Cerita lain mengenai kelebihan beliauyang juga diriwayatkan oleh beberapa orang tua Condet, suatu saat Kong Riun memeliharaIkan dikolam rumahnya, beberapa muridnya ketika berkunjung ke Tegal Parang sering melihat keberadaan ikan-ikan tersebut. Pada suatu saat ikan dikolam milik Kong Riun itu hilang, gemparlah murid-muridnya. Dan tanpa diduga ikan itu sudah ada dipasar minggu untuk dijual, anehnya dari pagi sampai sore, ikan itu tidak laku-laku,karena setiap orang yang mau beli ikan tersebut, tahu jika ikan itu milik Kong Riun, sehingga mereka tidakada yang  berani membeli ikan-ikan tersebut,  padahal ikan  itu gemuk gemuk dan dijual murah oleh si pedagang, namun setiap orang yang mau beli tiba-tiba jadi merasa takut dan takut kualat. Orang sekitar pasar jaditahu kalau ikan itu milik Kong Riun,  Beberapa orang berkata, “itu ikan Kong Riun kok bisa ada dipasar”, dan kalimat ini akhirnya didengar juga oleh Kong Riun, akhirnya Kong Riun pergi menuju ke Pasar Minggu, dan saat bertemu dengan Sang Pedagang itu, secara tiba-tiba pedagang itu gemetar dan ketakutan, karena malu  jika perbuatannya ketahuan sama Kong Riun,tapi apa kata Kong Riun, sambil tersenyum beliau bilang  “Udah lu ambil aja tuh semua ikan dan bawa pulang buat anak bini lu, tapi besok-besok lu jangan nyolong lagi ya”. Dengan rasa malu namun juga terharu, si Pedagang menjawab, “iye Kong, gak lagi lagi dah aye nyolong”.

Cerita yang juga membuat kita bisa mengambil suri tauladan dari beliau ini adalah sikapnya kepada binatang.Suatu saat Kong Riun pergi mengajar  didaerah Pasar Minggu, dari Pasar Minggu beliau kemudian pulang ke Cilebut, saat beliau pulang beliau diberi oleh-oleh buah Rambutan oleh beberapa muridnya. Rambutan itu beliau bawa sampai Cilebut. Namun begitu sampai Cilebut Kong Riun Kaget, karena ada beberapa semut dibajunya. Semut itu mungkin dari buah Rambutan.  Maka setelah beliau melihat semut dibajunya, beliau naik lagi kereta dari Cilebut untuk kembali ke Pasar Minggu. Murid-murid yang di Pasar Minggu kaget, mereka berkata, “lho kok balik lagi Kong?”, dengan nada tenang Kong Riun berkata, “ini balikin semut ketempat asalnye, kasihan die kebawa sama ane sampai ke Cilebut”. Muridnya yang mendengar ucapan sang guru kaget dan tidakmenduga, hanya gara-gara Semut Kong Riun mau balik dari Cilebut ke PasarMinggu.

Salah satu karomahnya yang juga cukup mahysur dikalangan keturunannya adalah sebagai berikut:,Suatu saat beliau mau mengambil Wudhu di sumur dekat rumahnya yang berada di Cilebut, pada saat mengangkat air di ember, beliau merasa bahwa beban embernya tiba-tiba terasa sangat berat, sehingga ketika diangkat ember itu cukup juga membuat Kong Riun kerepotan. Dan pas ember itu sampai diatas bibir sumur, Kong Riun kaget, karena ember itu tiba-tiba berisikan emas,melihat kondisi ini, Kong Riun berkata,”Ya Allah saya butuh air buat Sholat,bukannya emas”. Setelah berkata demikian Ember yang berisi emas itu beliau turunkan,dan setelah mengangkat ember yang kedua kalinya barulah air sumur beliau peroleh. Kekeramatan Kong Riun juga banyak terjadi pada anak-anaknya. Namun keturunan Kong Riun lebih memilih Low Profil, alias tidak mau kelihatan dan inginterlihat biasa saja. Cerita-cerita lain yang tidak kalah menakjubkan, misalnya setiap beliau habis mengajar kemudian pulang, saat hujan beliau ini tidak pernah basah dan kehujanan, padahal jelas-jelas dia dimata muridnya kehujanan dan tidak pakai payung. Pernah juga suatu saat beliau naik kereta api dari pasar minggu menuju Cilebut, dan karena waktu itu dia tidak punya tiket, dia diturunkan masinis, anehnya setelah diturunkan disalah satu stasiun, kereta tidak bisa jalan-jalan, sontak penumpang pada heran, namun ada beberapa orang yang "curiga" pada Kong Riun, mereka memandang bahwa mungkin karena orangtua ini kereta tidak bisa jalan. mereka berfikir, pasti orangtua ini bukan orang biasa, sehingga sang masinispun akhirnya menaikkan kembali kong riun, dan ajaibnya kereta itu kemudian berjalan normal kembali. Memang kadang penampilan Kong Riun itu tidak seperti ulama pada umumnya, dia lebih senang berpenampilan apa adanya, sehingga bagi orang yang baru kenal, mungkin akan menganggap dia biasa saja.

Guru Syariun adalah asli berasal Tegal Parang tapi berasal dari keturunan Kesultanan Banten. Leluhurnya yaitu Pangeran Sageri dimakamkan di Jatinegara Kaum, sebuah daerah di Jakarta yang usianya cukup tua, karena didirikan pada tahun 1620 olehPangeran Ahmad Jaketra Azmatkhan. Tegal Parang pada masa lalu sama seperti daerah Condet, masih banyak perkebunan yang lebar, sawah masih banyak dan jarak rumahnya saling berjauhan dan masih banyak dihuni penduduk asli Betawi. Keluarga Besar Kong Riun terutama Ayahnya Raden Laytani merupakan orang yang dihormati pada masa itu. Walaupun Kong Riun keturunan Kesultanan Banten yang bahasa banyak menggunakan bahasa Sunda, namun karena Kong Riun dan keluarga besarnya tinggal didaerah Betawi yang asli, maka bahasa yang digunakan sehari-haripun adalah bahasa Betawi. Jadi percakapan keluarga besar Kong Riun ya bahasa Betawi. Pada masa Kong Riun hidup daerah seperti Tegal Parang, Mampang, Pancoran masih sepi, sehingga nyaris seperti kehidupan didaerah ini seperti kehidupan didesa dipedalaman. Kondisi daerah-daerah ini masih banyak sebagian yang hutan, sampai tahun 1950 awal, daerah Mampang, Tegal, Tebet, Bangka,  sering disebut, tempat jin Buang anak, karena begitu sepinya. Menurut ayah saya, sampai tahun 1959 daerah-daerah ini masih sangat sepi. Ayah saya yang dulu pernah ditawari tanah didaerah tersebut, justru menolak karena kondisi daerah itu masih sepi dan tradisional. Daerah Betawi yang ramai, kata ayah saya kebanyakan didaerah Jakarta Pusat seperti Senen, Kwitang, Sawah Besar, Tanah Tinggi, Tanah Abang, Kemayoran.

Kong Riun dari jalur ayahnya adalah Azmatkhan,  dan jika diambil silsilah dari Almarhumah. Ibudan kakeknya, beliau memang masih keturunan Hadramaut Yaman, itu sebabnya waja hanak keturunan beliau banyak yang menunjukan wajah Arab. Tidak heran memang banyak keturunan Kong Riun wajahnya mirip juga dengan wajah-wajah Timur Tengah. Adapun Nama  Syari'un di berikan seorang Syeikh kepada ayah beliau yg artinya dari Syari'uun = "Orang yang mengikuti hukum2 Syar'iy.."

Beliau sebagai seorang sufi juga Tahfidzul Qur'an, dan kelebihan menghafal Al-Qur'an beliau dapati dari Almarhum ayahnya Raden Laytani. Sejak  Usia beliau 5 Tahun beliau sudah mulai menghafal.Dan beliau ini juga mempelajari Kitab Al-Gunyah, Fiqh Al-Um, Manaqib, dan Awrad Syeikh Hisyam Al-Hadromi dan beberapa kitab Tauhid dan Tafsir. yang kesemua rangkuman dari pelajarannya di buat catatan dengan tulisan tangannya sendiri. Buku inilah yang sempat dicari beberapa murid dan anak cucu beliau saat beliau meninggal dunia, dan terakhir Buku tulis tangan Beliau yang menyimpannya adalah Almarhum Yahya Bin Khalid Bin Guru Syari'un (Krobokan Pasar Minggu). Gambaran fisik seorang guru Syariun yang kami peroleh dari salah seorang keturunannya, Guru Syariun digambarkan  berhidung mancung, bersih pipinya, senyumnya yg tak pernah lepas (wajah nya seakan selalutersenyum) tidak tinggi juga tidak pula kecil tubuhnya, halus pipinya, berbekas sujud di keningnya. Wajah Kong Riun memperlihatkan jika beliau adalah seorang ahli ibadah. Gaya hidupnya benar-benar gaya hidup sufi. Salah satu hadits dan amalan Raden Guru Syari'un yaitu  haditsRasulullah SAW dari Abi Hurairah radhiyallahu `anhu yang berbunyi "DemiAllah, sesungguhnya aku akan mendekatkan kamu cara solat Rasulullah S.A.W. MakaAbu Hurairah melakukan qunut pada solat Zuhur, Isya' dan Subuh. Beliaumendoakan kebaikan untuk kaum mukminin dan memintakan laknat ke atasorang-orang kafir".  Raden Guru Syari'un adalah hamba Allah yang hafal Al-Qur'an, sabar dalam setiap keadaan dan istiqomah dalam taqwa dan senantiasa memperhatikan kekuatan imannya, sifat kewaliyannya telah membekas di sepanjang hidupnya.
Raden Haji Guru Syariun Azmatkhan wafat pada tahun 1926 Masehi, beliau dimakamkan di Cilebut Bogor Jawa Barat, tidak jauh dari Sungai Ciliwung. Pada saat sakit dan menjelang wafatnya, beliau masih terus berzikir, meski dari mulut dan hidungnya banyak mengeluarkan darah,senyumnya tidak pernah hilang kepada anak-anak dan istrinya. Setiap tahun perayaan Khaulnya dirayakan  di CilebutJawa Barat dan dihadiri banyak Ajengan dari Jawa Barat dan juga beberapa tokohpolitik dari Jawa Barat.

Sumber Tertulis :
  1. Al Mausuu’ah Li Ansaabi Al Imam Al Husaini (Ensiklopedia Nasab Al Husaini), Oleh : Sayyid Bahruddin bin Abdurrozaq Azmatkhan & Sayyid Shohibul Faroji bin Sayyid Muhammad Misbah Azmatkhan Al Hafiz, Penerbit Madawis.
  2. Silsilah Keluarga Haji Letek Dan Raden Koja, Penerbit IKGS

Kitab Al-Mausuu'ah Li Ansaabi Al Imam Al-Husaini

oleh:
Iwan Mahmoed Al-Fattah Azmatkhan


KITAB   NASAB  AL MAUSUU’AH  LI  ANSAABI  AL -IMAM  AL -HUSAINI (KITAB ENSIKLOPEDIA NASAB  AL HUSAINI), KITAB NASAB BERSANAD SAMPAI RASULULLAH SAW, KITAB NASAB YANG KAYA AKAN RISET DAN PENELITIAN

Banyak  orang  bertanya-tanya  dan heran bagaimana sebenarnya  cerita tentang  Kitab Al Mausuu’ah Li Ansaabi Al Imam Al Husaini  itu? Beberapa orang merasa heran dengan kitab ini karena ternyata dari sekian  masalah-masalah nasab yang rumit dan misterius, kitab ini justru bisa menjawab dengan tuntas dan ilmiah.  Apa sebenarnya isi kitab ini sehingga banyak persoalan-persoalan nasab bisa terselesaikan dengan baik, padahal di kitab-kitab nasab yang lain, belum tentu bisa menjawab permasalahan-permasalahan tersebut.  Beberapa orang yang pernah  gagal mengurus nasab disebuah Instansi Nasab tertentu, namun ketika bertemu dengan data-data yang ada di Kitab Al Mausuu’ah justru akhirnya menemukan jawaban, terutama mereka yang merupakan keturunan Walisongo,  bahkan mereka yang berasal dari fam lain juga merasa lega ketika data nasab mereka ternyata juga tersimpan baik dikitab Al Mausuu’ah ini. Namun demikian, bukan berarti jika setiap ada masalah nasab kitab ini jadi dianggap “murahan”  justru nasab-nasab yang masuk kedalam kitab ini adalah nasab-nasab yang jelas. Nasab-nasab yang belum jelas justru untuk sementara tidak dimasukan sampai ada penelitian nasab yang nanti bisa menguatkan data-data tersebut. Orang-orang yang masuk dalam kitab nasab ini adalah orang-orang yang sudah jelas nasabnya. Apabila ada nasab yang tidak jelas, meragukan, samar, kontroversi, maka kitab ini justru menjadi filter bagi nasab-nasab “bermasalah” tersebut. Tidak heran kitab Al Mausuu’ah ini kini banyak dibicarakan orang-orang yang menekuni ilmu nasab. Disamping berisi nasab, kelebihan kitab ini juga memberikan catatan khusus tentang  silsilah, geneologi dan sejarah khususnya yang berkaitan dengan Walisongo, Azmatkhan dan Fam-fam yang berkaitan  dengan ahlul bait. Dapat dikatakan jika kitab ini paling banyak dicari oleh orang-orang yang menekuni ilmu nasab. Namanya tenar tapi bentuk kitabnya masih banyak yang belum tahu.

Apa sebenarnya keistimewaan isi kitab ini sehingga mampu menjawab masalah-masalah nasab yang terkesan rumit dan sulit untuk dipecahkan khususnya bila berkaitan dengan Keluarga Besar Nabi Muhammad SAW dari keturunan Sayyidina Husein.  Permasalahan-permasalahan rumit pada nasab, melalui kitab ini banyak yang berhasil tertangani, contoh kasus : ada seorang ulama besar dari sebuah negara diluar sana, ketika suatu saat memperlihatkan nasabnya kepada beberapa orang yang terbiasa mengurusi nasab, nasabnya ternyata tidak diterima, karena menurut orang-orang tersebut nasab sang ulama tersebut dianggap bermasalah. Nasab ulama ini dianggap bermasalah, karena dalam catatan nasabnya, beliau baru masuk pada generasi 29 dari generasi Rasulullah SAW, padahal pada waktu itu generasi Rasulullah SAW saat rata-rata berada pada generasi 38 dan 39. Menurut mereka dimana 9 atau beberapa generasi yang “hilang” itu. Mendapat tanggapan seperti ini, kontan sang ulama merasa kaget dan tidak habis fikir, dia yang merupakan ulama besar dan bernasab kepada Rasulullah SAW dianggap bermasalah nasabnya. Adanya hal ini terang membuat sang ulama meradang kepada orang-orang tersebut, sehingga akhirnya ulama tersebut menjadi patah arang kepada mereka yang telah meneliti nasabnya. Namun ketika kasus ini berhadapan dengan Kitab Al Mausuu’ah justru kasus nasab sang ulama besar itu bisa selesai dengan baik dan bijak, karena kitab nasab Al Mausuu’ah menerima nasab sang ulama tersebut. Kenapa bisa diterima? Karena nasab sang ulama besar ini, beberapa leluhurnya umurnya panjang-panjang dan rata-rata mereka kebanyakan menikah dalam usia yang cukup tua, sehingga ketika anak mereka lahir, mereka ada yang sudah wafat karena sudah tua, dan ini terulang lagi beberapa generasi, dapat dikatakan jika leluhur para ulama tersebut mengalami yang namanya “keterlambatan generasi” Kenapa kitab Al Mausuu’ah ini bisa mendeteksi hal ini? Karena penyusun kitab ini melakukan deteksi dini dalam bidang sejarah, khususnya manaqib beberapa leluhur sang ulama tersebut. Ini hanya satu contoh kasus, sebenarnya masih banyak kasus-kasus yang lain yang juga tidak kalah menariknya.

 Kitab ini juga menjadi sebuah “juru selamat” dalam menyelamatkan nasab-nasab yang diselewengkan kepada fihak-fihak lain. Nasab-nasab tokoh masa lalu yang merupakan keluarga besar Azmatkhan tapi dianggap keturunan kerajaan yang bukan Islam, berhasil terselamatkan dari pemalsuan-pemalsuan tersebut. Nama-nama Arya Dillah, Syekh Bela Belu, Bondan Kejawan, Raden Fattah, Jaka Tingkir, Ki Ageng Pengging, Jaka Tarub, Arya Penangsang, Pangeran Sanghyang,  dll berhasil “dikunci” untuk tidak bisa lagi dipalsukan oleh oknum dan buku-buku kuno yang bermasalah. Kitab Al Mausuu’ah adalah kitab nasab yang disusun oleh para  Keturunan Sunan Kudus Azmatkhan yang track recordnya banyak terdiri dari ulama-ulama ahli nasab. Sunan Kudus sendiri sejak zaman Walisongo sudah menyusun nasab-nasab keluarga besar Walisongo, beliau meneruskan pekerjaan ini dari ayahnya, sedangkan ayahnya meneruskan dari kakeknya dan terus sampai kepada Rasulullah SAW. Kitab Al Mausuu’ah disusun tidak sembarangan. Sebelum kitab ini disusun, sanad ilmu nasab jelas harus ada dan bersambung kepada Rasulullah SAW. Apabila sanad ilmu nasab tidak ada, maka kapasitas ilmu dan isi dari ilmu nasab itu wajib dipertanyakan. Beberapa ulama ahli nasab rata-rata semua mempunyai sanad yang langsung kepada Rasulullah SAW. Setiap ilmu agama yang dipelajari oleh setiap muslim memang wajib hukumnya mempunyai sanad. Karena tanpa adanya sanad dikhawatirkan akan banyak terjadi penyelewengan, orang yang tidak punya sanad,akan selalu bebas bicara seenak hatinya, mereka akan bebas memberikan fatwa sesuai dengan kemampuan mereka tanpa bersandarkan kepada sanad. Demikian pula ilmu nasab. Wajib hukumnya mereka mempunyai adanya sanad.

Kewajiban adanya sanad dalam kitab wajib hukumnya. Setelah adanya sanad, maka kitab ini disusun harus berdasarkan kajian-kajian ilmu islam yang relevan dengan ilmu nasab. Kajian ilmu nasab yang dilakukan dalam kitab ini metodeloginya mengikuti metodelogi ilmu Hadist.  Klasifikasi Nasab sangat jelas didalam kitab ini. Sehingga dengan mengikuti metodelogi ilmu Hadist, data-data yang masuk dalam kitab ini bisa diterima dari sudut pandang metodelogi tersebut,  Sehingga sampai saat ini data-data yang masuk dalam kitab ini semuanya masuk dalam kategori pasti dan Shahih. Tentu untuk membicarakan hal ini yang bisa menjelaskannya adalah ulama ilmu nasab.

Para penyusun kitab ini juga diharuskan mempunyai ilmu agama yang kompleks, ia harus hafal Al Quran, Ia harus mengerti dan faham Tafsir Qur’an, dia juga harus Hafal Ribuan Hadist, dia juga harus menguasai Fiqih 4 Mazhab (bahkan salah seorang ulama ahli nasab mengatakan kepada saya, bahwa 4 fiqih mazhab itu masih belum apa-apa, justru yang lebih bagus sampai mencapai 9 s/d 30 mazhab!) dan beberapa pengetahuan Islam lainnya. Ahli nasab juga harus hafal terhadap keberadaan nama-nama ribuan nasab. Disamping itu seorang ulama nasab biasanya mempunyai kemampuan menulis dan menghasilkan sebuah karya, akan sangat aneh bila ada ulama ahli nasab tapi  tidak mempunyai karya tulis. Rata-rata semua ulama ahli nasab mempunyai karya tulis tentang kajian ilmu nasab, dan juga kajian-kajian ilmu agama lain. Penyusun Kitab nasab juga harus menguasai pengetahuan sejarah yang baik, tanpa ada pengetahuan sejarah baik dia akan akan buntu dalam mencari titik temu antara satu sejarah dengan sejarah lain. Adalah hal yang sangat aneh bila ada ahli nasab membenci dan anti dengan sejarah, padahal Al Qur’an sendiri dalam beberapa surat sering bercerita tentang sejarah. Intinya seorang ulama ahli nasab itu harus multi talent, karena tanpa adanya sifat multi talent ini akan sulit bagi dia menekuni ilmu yang sangat menakjubkan ini. Oleh karena syarat untuk menjadi ulama ahli nasab, memang betul-betul berat.
Beberapa ulama nasab bahkan pernah mengatakan kepada saya, bahwa ada 4 hal yang harus dihafal dalam mempelajari agama islam :
  1. Al Qur’an
  2. Hadist
  3. Sanad
  4. Nasab

Kalau anda tidak hafal Al quran, ya mungkin Hadist, kalau tidak hafal Hadist ya minimal sanad-sanad keilmuan bisa hafal, dan apabila kita tidak hafal juga  sanad-sanadnya, paling tidak nasab kita harus hafal, dan saya sendiri memilih yang nomor 4 ini karena dari nomor 1 s/d 3 kemampuan saya memang tidak ada. Namun berdasarkan pengalaman beberapa orang yang menekuni nasab, ketika mereka sudah “tercebur” dalam dunia yang asyik ini, mau tidak mau dia juga harus belajar Al quran, Hadist dan kajian-kajian lain, paling tidak dasar-dasarnya saja dulu.

Pengetahuan dan dasar ilmu nasab yang kajiannya mempunyai cabang dasar 100 ilmu sudah jelas harus bisa dikuasai. Ilmu nasab sendiri bukan hanya sekedar catat-mencatat, tapi dalam kajiannya nanti ilmu ini akan banyak berhubungan dengan berbagai cabang ilmu pengetahuan lain. Nah kitab Al Mausuu’ah ini mempunyai syarat-syarat yang saya sebut diatas. Kitab ini jelas tidak diperuntukkan untuk umum, karena isi dari kitab ini tidak semua orang bisa memahaminya dengan baik, sama seperti kitab-kitab tassawuf tingkat tinggi, contoh karya-karya Ibnul Arobi. Mungkin diantara kita pernah mendengar kitab Al Hikam, Al Kasyaf, dan kitab-kitab yang senada seirama ini, nah yang bisa menjelaskan kitab-kitab model seperti ini ya ulama yang sudah malang melintang dan karatan dalam ilmu tassawuf. Kalau yang baru kenal dasarnya saja tapi sudah berani membaca kitab-kitab tersebut, ya bisa kacau pemikirannya, sehingga akhirnya dengan kemampuannya yang terbatas, akhirnya dia berani mengambil kesimpulan yang sefihak. Demikian pula kitab ini, Tidak mungkin kitab ini diperjual belikan, tidak mungkin kitab ini diperbanyak apalagi difotocopi, karena isinya banyak yang sulit untuk dijelaskan buat orang awam. Kalau ada kitab nasab yang  berupa fotocopy artinya kitab nasab itu hukumnya haram, karena setahu saya kitab nasab itu tidak boleh difotocopy atau diperbanyak.  Bagaimana mungkin kita akan  mentahqiq sebuah nasab, kalau sumber utamanya saja berasal dari yang haram, bagaimana pula status nasab yang ditahqiq itu, asalnya sudah haram, bagaimana hasil pentahqigannya?. Apakah dengan tidak diperbolehkannya kitab Nasab Al Mausuu’ah ada kesan Mistik? Ya tidaklah...ada-ada saja,  atau apakah dengan tidak disharenya kitab ini ada kesan eksklusifitas? Padahal Al Qur’an dan Hadist saja banyak dicetak dan dijual bebas. Ini yang menurut saya penilaian yang salah yang perlu kita luruskan. Al Qur’an dan Ilmu Hadist atau ilmu-ilmu agama lain, sebenarnya hal yang paling baik, bukan belajar lewat buku, kajian-kajian seperti itu harus ada gurunya. Selama ini banyak orang ngawur dalam bicara agama, karena ia membaca buku agama tanpa ada guru, apalagi bacaan-bacaan yang berupa terjemahan. Inilah gunanya sanad, apabila kita punya sanad dan guru, maka apa yang pelajari dan kita sampaikan Insya Allah tidak melenceng.

Tidak bisa dijelaskan tentang kitab ini kepada masyarakat umum karena data-data yang ada dalam kitab ini berasal dari kajian-kajian yang sangat mendalam dan teliti. Kitab ini justru sangat ilmiah dan rasional, kutipan-kutipannya juga bisa dipertanggungjawabkan (itu karena ada sanad). Kitab ini justru menghindari hal-hal yang bersifat irasional, karena memang yang namanya nasab identik dengan ilmu pengetahuan. Dunia Ilmu nasab adalah dunia Riset, jadi kalau ada orang ingin nasabnya diteliti tapi tidak mau diriset itu sama saja dia tinggal enaknya saja. Ilmu nasab itu bukan ilmu sembarangan, ilmu penuh dengan kajian-kajian yang bisa menguras pemikiran kita, namun demikian bagi orang yang cinta dengan dunia seperti ini, mau terkuras atau tidak,tetap saja dia “menikmati”.

Salah satu kelebihan Kitab Al Mausuu’ah ini, didalam setiap nama orang itu ada keterangan Footnotenya, jadi bisa anda bayangkan betapa tebal dan lengkapnya  kitab ini, setiap fotnote nasab, penjelasannya sangat rinci dan detail disertai kitab-kitab rujukan tentang nasab itu. Saking begitu lengkapnya Footnote, sampai ketika ada orang yang katanya biasa mengurusi nasab, berkata, bahwa dia sangat “pusing” ketika melihat data pada kitab Al Mausuu’ah ini, karena menurut dia, ketika dia mengurusi nasab, paling-paling tugasnya hanya cuma menulis dan mencatat nasab, tanpa ada embel-embel keterangan pada setiap nama. Jangankan membaca footnote, riset  nasab saja belum tentu dia bisa lakukan. Kelebihan lain kitab ini, kitab ini tidak alergi terhadap semua data-data dari cabang ilmu pengetahuan lain. Dan yang juga tidak kalah pentingnya, kitab ini selalu diupdate setiap waktu, jadi kitab ini tidak menutup kemungkinan adanya sebuah revisi berupa penambahan atau pelurusan sebuah data dan ini adalah ciri sebuah ilmu yang selalu berkembang,  Inilah yang tidak dimiliki kitab-kitab nasab lain. Beberapa orang yang pernah menekuni nasab kebanyakan saya lihat pasrah bongkokan dan fanatik sekali dengan beberapa kitab, sehingga jika tidak ada keterangan di kitab itu langsung saja mereka mengatakan bahwa nasab itu palsu atau bermasalah, padahal setiap nasab itu selalu berkembang. Kefanatikan beberapa orang terhadap sebuah kitab nasab sebenarnya sah-sah saja, hanya yang perlu kita harus ketahui, bahwa jika kita ingin menekuni nasab, jangan pernah kita membatasi diri hanya dengan beberapa sumber saja, apalagi sampai fanatik buta dan pasrah bongkokan, Kitab Al Mausuu’ah saja menerima data-data terbaru, kitab ini selalu terus diupdate, dan sudah tentu data-data yang diupdate juga sudah ada klasifikasinya dan disaring dengan ketat serta hati-hati. Yang juga tidak kalah hebatnya, kitab ini terus menerima informasi dari berbagai lembaga nasab dibeberapa negara dan juga ulama nasabnya, khususnya laporan-laporan keturunan ahlul bait dari jalur Sayyidina Husein. Setiap hari laporan nasab dari luar negeri cukup banyak, sehingga semakin hari kitab ini volumenya makin tebal dan isinya semakin tajam dan berkelas.

Pertanyaannya sekarang, siapakah penyusun kitab yang luar biasa ini? Salah satu penyusun kitab ini adalah Sayyid Bahruddin dan Sayyid Abdurrozaq Azmatkhan dan Sayyid Shohibul Faroji bin Sayyid Muhammad Misbah Azmatkhan. Kedua-duanya adalah keturunan Sunan Kudus. Sayyid Bahruddin generasi ke 37 sedangkan Sayyid Shohibul Faroji generasi ke 39. Sayyid Bahruddin adalah ulama ahli nasab dari Banyuwangi, Beliau telah menyusun dan meneliti nasab sejak tahun 1918 Masehi sampai dengan 1992. Ayahnya Sayyd Abdurrozaq juga merupakan ulama ahli nasab, begitu pula datuk-datuknya seperti Sayyid Mustofa, sayyid Mujtaba, Sayyid Makki, dan terus sampai kepada Sayyid Abdul Malik Azmatkhan dan akhirnya sampai kepada Rasulullah SAW. Sayyid Bahruddin adalah ulama yang mastur, tidak terlihat jika beliau ini ulama ahli nasab yang tinggi derajatnya. Penelitian yang beliau lakukan ini betul-betul luar biasa, beberapa daerah di Indonesia dia sambangi demi untuk penelitian nasab, tanpa ada yang membiayai, dia berjalan keberbagai tempat untuk menghimpun nasab-nasab keluarga besar keturunan Rasulullah SAW. Perburuan beliau terhadap data-data nasab bahkan sudah merambah keberbagai negara,dari mulai Mekkah, Hadramaut, India dan beberapa tempat lain. Perjalanan beliau ini memang jarang diketahui orang banyak, karena beliau memang tidak senang dengan hal-hal yang sifatnya publikasi. Saking begitu masturnya beliau sebagai ulama ahli nasab, orang-orang dekatnya saja tidak tahu akan diri beliau sebagai ahli nasab, mereka tahunya bahwa beliau hanya seorang guru ngaji kampung. Begitu masturnya beliau, fotonya saja sulit didapat, sehari-harinya beliau memakai peci atau songkok hitam dan baju koko biasa. Sayyid Bahruddin betul-betul luar biasa, sederhana orangnya tapi data yang dimiilikinya cukup banyak membuat orang takjub. Lengkapnya data beliau ini, akhirnya disusun menjadi sebuah Ensiklopedia atau Al Mausuu’ah.

Dahulunya kitab nasab ini masih berupa tulisan-tulisan tangan Sayyid Bahruddin dan tulisan tersebut banyak memakai tulisan arab, namun setelah era digital, naskah-naskah dan kitab-kitab tulisan beliau, ditulis ulang dalam bentuk digital dengan sistem yang lebih canggih dan tertata dan berbahasa Indonesia, sehingga ketika akan mencari dan meneliti sebuah nasab, akan lebih mudah dan simpel. Rujukan kitab Al Mausuu’ah banyak yang berasal dari kitab-kitab nasab berbahasa Arab, baik yang klasik maupun kontemporer, namun disamping rujukan yang berbahasa arab itu, rujukan lain juga banyak dipakai termasuk tulisan-tulisan luar negeri dan tulisan-tulisan lokal. Artinya kitab ini cukup kooperatif dan bisa berkolaborasi dan disingkronkan dengan data yang lain, selama  data-data  lain itu benar dan tidak bertabrakan dengan kaidah-kaidah ilmu nasab.   Naskah dan tulisan tangan Sayyid Bahrudin Azmatkhan kemudian dilanjutkan oleh cucunya Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan yang sejak kelas 4 SD sudah berkecimpung dengan dunia nasab, dan pada kelas 2 SMP sudah mulai mendalami dan meneliti nasab dibawah bimbingan kakeknya yaitu Sayyid Bahruddin Azmatkhan. Gemblengan Sayyid Bahruddin kepada cucunya ini telah menjadikan Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan menjadi wakil dari Keluarga Besar Sunan Kudus dalam menangani urusan berbagai nasab Keturunan Sayyidina Husein maupun Sayyidina Hasan, tidak itu saja pengetahuan ilmu agama lainpun turut digojlok oleh kakeknya. Tidak it saja, kini Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan ini juga menjabat sebagai Mufti di Kesultanan Palembang Darussalam, berdampingan dengan Sultan Iskandar Mahmud Baddaruddin. Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan ini merupakan penulis yang cukup produktif, hanya saja tulisan-tulisan beliau ini belum banyak diterbitkan, karena nilai “karat” dan “ kadarnya” yang memang cukup berat dimata beberapa penerbit buku. Ditangan Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan ini kitab nasab Al Mausuu’ah ini diwariskan. Kitab nasab ini jelas merupakan warisan walisongo yang sangat berharga.

Keberadaannya bersama orang yang tepat, apabila kitab ini berada ditangan yang tidak benar, maka akan rusaklah nasab-nasab yang tercatat didalamnya, apalagi sekarang ini yang namanya pemalsuan sudah sangat canggih, namun sekalipun ada beberapa oknum mencoba ingin memalsukan, yakinlah hal itu tidak akan berhasil, karena sesuatu yang haram itu tidak akan pernah mendapatkan kebenaran dan keberkahan. Mereka yang sering memalsukan, menggandakan kitab nasab tanpa izin dan tanpa ada “ijab qobul” dari pewaris kitab nasab tertentu sama saja seperti “pencuri intelektual”, sampai kapanpun data yang mereka miliki tidak akan pernah benar dimata Allah. Sampai kapanpun apabila kitab-kitab tersebut berasal dari sumber yang haram atau subhat, maka sudah bisa dipastikan, nasab-nasab yang nanti ditahqiqan itu akan “bermasalah” pula.

Kitab Nasab Al Mausuu’ah adalah kitab nasab yang Insya Allah bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, karena kitab ini para penyusunnya semua memiliki sanad. Namun demikian kitab ini bukan Al Qur’an dan Kitab Hadist, tapi tetap saja dalam kajiannya selalu mengekor metodologi kedua ilmu yang disebut itu. Sekecil mungkin segala kesalahan data dihindari, kalaupun ada kesalahan data, mungkin margin errornya hanya kurang dari 1 %. Dan biasanya bila ada margin error maka biasanya akan cepat terdeteksi dengan cara talaqqi. Talaqqi adalah sebuah cara untuk menetapkan nasab-nasab yang kiranya bermasalah, terutama ketika itu diukur dengan cara ilmu nasab. Talaqqi ini adalah sebuah cara jitu untuk mengkerangkeng nasab-nasab yang kiranya dicurigai palsu yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Oleh karena itu kitab ini memang betul-betul menjalankan penyaringan data nasab dengan cara yang cukup ketat, detail dan tajam. Siapapun yang coba-coba ingin memalsukan nasab, Insya Allah akan bisa terdeteksi...

Demikianlah sekelumit kitab Al Mausuu’ah Li Ansaabi Al-Imam Al Husaini atau Ensiklopedia Nasab Al Husaini, yang disusun oleh para keturunan Sunan Kudus dengan didasari sanad yang sampai kepada Rasulullah SAW..

Wallahu A’lam Bisshowab....