Kamis, 14 November 2013

Tubagus Syariun bin Tubagus Laytani Azmatkhan (Ulama Betawi)

Oleh:
Iwan Mahmoed Al-Fattah Azmatkhan

RADEN HAJI GURU SYARIUN (KONGRIUN) BIN RADEN LAYTANI AZMATKHAN, ULAMA SUFI DARI TEGAL PARANG MAMPANG PRAPATAN, AZMATKHAN YANG MASTUR DARI BUMI BETAWI

Beliau adalah guru besarnya untuk masyarakat Tegal Parang  dan Mampang Prapatan serta daerah Pancoran Jakarta Selatan pada masa lalu.  Tegal Parang, Mampang Prapatan dan Pancoran  adalah satu daerah yang  yang cukup kuat dengan nilai-nilai Islaminya. Sejak dulu sampai sekarang Tegal Parang dan Mampang Prapatan, dan Pancoran adalah merupakan salah satu basis keislaman Masyarakat Betawi Asli.  Selain Condet, Kwitang, Tegal Parang, Mampang Prapatan dan Pancoran dari dulu sudah terkenal atau Mahsyur sebagai gudangnya beberapa ulama Betawi. Mungkin sebagian besar masyarakat Betawi nama GuruMughni (Kuningan), Guru Marzuki (Klender), Guru Mansur,  Guru Madjid, Guru Mahmud, Guru Amin, Guru Mujtaba sudah cukup dikenal, namun rupanya ada satu nama yang kiranya tidak kalah pamornya dengan nama-nama yang saya sebut ini, yaitu beliau Raden Guru Syariun bin Raden Laytani yang berasal dari Tegal Parang. Berbicara ulama Betawi yang Azmatkhan, memang sangatlah menarik untuk dibahas, karena mereka-mereka ini jarang diketahui  sejarah dan nasabnya, tapi uniknya  justru mereka ini sering memberikan pengaruh yang kuat pada masyarakatnya. Saya  sengaja mengangkat sosok beliau ini, agar orang-orang Betawi lebih mengenal siapa saja sebenarnya ulama-ulama asli Betawi, terutama ulama Betawi  yang merupakan Keturunan Azmatkhan Al Husaini. Ulama Betawi itu tidak hanya didominasi oleh Ahlul Bait dari jalur lain, tapi Keluarga Azmatkhan juga mempunyai putra-putra terbaiknya. Ulama Betawi Keturunan Azmatkhan bila dilacak nasabnya, banyak bertebaran di Betawi ini, namun karena mereka banyak yang menginginkan dirinya Mastur, akhirnya banyak pula dari mereka yang tidak diketahui sejarah dan nasab, namun hal ini juga bisa dimaklumi, karena kebanyakan mereka itu mastur karena berbagai pertimbangan, salah satunya agar mereka tidak diawasi dan diburu oleh penjajah.Seperti yang kita tahu bahwa Penjajah ini paling benci dengan keluarga besar keturunan Walisongo (Azmatkhan) karena dari keturunan Walisongo melalui tokoh-tokohnya sering mengadakan perlawanan-perlawanan. Adanya pengawasan yangketat dari penjajah telah membuat sebagian besar keturunan Azmatkhan lebih memilih Mastur dan jarang menunjukkan dirinya, jika mereka adalah Dzuriah dan Ahlul Baitnya Rasulullah SAW, apalagi wajah mereka banyak yang sudah tidak arablagi.

Untuk Tulisan kali ini saya akan coba mengangkat sosok Ulama Sufi Betawi yang mastur ini. Mungkin bagi sebagian besarorang Betawi, nama beliau ini jarang dikenal, namun jangan lupa beliau ini sebenarnya adalah seorang ulama besar Keturunan Azmatkhan. Harus diakui bahwa Betawi ternyata tidak hanya menyimpan kehidupan budaya  yang kaya, namun dia juga banyak menyimpan data sejarah dan nasab ulama-ulama keturunan Azmatkhan. Maka wajar menurut saya sudah seharusnya sosok beliau ini diangkat dalam bentuk sejarah atau Manaqib agar kelak sejarah itu bisa dibaca oleh anak cucunya dan juga orang-orang yang mencintai ulama serta masyarakat Betawi pada umumnya. Menurut saya beliau ini bisa dikatakan setara dengan ulama-ulama besar Betawi lainnya, karena beliau ini hidup diera ulama-ulama besar Betawi pada masa lalu. Diperkirakan beliau inihidup antara tahun 1850an s/d 1926 atau mungkin bisa saja lebih, karena menurut beberapa keturunannya, beliau wafat dalam usia yang cukup tua, antara 80 s/d 90tahun. Jadi Guru Syariun masih satu zaman dengan ulama-ulama Betawi yang saya sebutkan diatas, belum lagi ulama-ulama besar dari daerah lain seperti Mbah Kholil Bangkalan, Syekh Nawawi Banten, KH Hasyim Asyari.  Namun demikian karena kehidupan beliau ini memang cenderung hidupnya sufi dan juga mastur sehingga keberadaan sejarah dirinya jarang diangkat oleh beberapa penulis-penulis sejarah Betawi, padahal jasa beliau dalam dunia dakwah di Betawi, khususnya didaerah Jakarta Selatan seperti tegal Parang, Mampang dan sekitarnya tidaklah kecil.

Di daerah Tegal Parang,  Mampang Prapatan dan Pancoran, sampai sekarang kegiatan-kegiatan Agama Islamnya masih marak. Masjid dapat dikatakan  ada dimana-mana. Bisa dikatakan Mampang Prapatan, Tegal Parang, Pancoran adalah daerah yang Islami, Tawuran jarang terdengar, Narkoba juga jarang terlihat, tempat-tempat maksiat juga nyaris tidak terlihat. Daerah-daerah ini lebih banyak Majelis Taklimnya, Masjid-masjid, pemakaman muslim, Lembaga Sosial Islam, Lembaga Pendidikan Islam, dan  akitifitas-aktifitas keislaman lainnya. Daerah-daerah kehidupan kekeluargaannya  juga masih terjalin cukup dekat. Sekalipun kini banyak pendatang-pendatang dari daerah lain dan banyak berdiri bangunan-bangunan mewah, kesan Keislaman daerah-daerah ini masih sangat kuat. Bahkan beberapa pusat dakwah pada sebagian pemuda muslim pada masa sekarang salah satunya  berada di Masjid Al Munawar Pancoran.  Memasuki daerah-daerah yang basis keslamannya kuat ini akan terasa nyaman bagi orang-orang yang memilki tingkat ruhani  yang baik. Tegal Parang, Mampang Prapatan dan Pancoran  mayoritas penduduknya adalah warga Betawi Asli  dan memang identik dengan Islam. Setiap waktu masuk Sholat, Adzan dari satu mesjid ke Mesjid saling sambung menyambung. Apalagi jika sudah masuk waktu subuh,suara Adzan didaerah ini betul-betul semarak. Saya sendiri juga heran dengan daerah yang satu ini karena buat saya kegiatan-kegiatan keagamaan yang mereka lakukan memang sangat bernuansa Betawi dan khas. Saya sebagai orang yang senang berpetualang dan sering mengamati berbagai kehidupan masyarakat di beberapa wilayah Indonesia, kadang sering terkagum-kagum dengan militansi masyarakat Tegal Parang, Mampang Prapatan dan Pancoran dalam menjalankan kegiatan-kegiatan keagamaan. Dari mulai Maulid, Khaul, Muharam, Isra Mi’raj daerah ini benar-benar semarak. Saya sampai berfikir, rasa-rasanya kegiatan agama Islam yang marak didaerah ini tidak mungkin terjadi tanpa adanya campur tangan beberapa ulama-ulama masa lalu. Disaat pikiran saya sedang tertuju pada hal tersebut, tiba-tiba saya mendapatkan satu nama yang kiranya bisa dikaitkan dengan kesemarakan kegiatan islam didaerah ini. Akhirnya dari beberapa orangtua yang merupakan penduduk asli Tegal Parang, Mampang Prapatan dan Pancoran, saya mendapati satu nama yang kiranya bisa dihubungkan dengan maraknya kegiatan-kegiatan Islam yang ada di daerah ini yaitu tokoh yang bernama Raden Guru Syariun bin Raden Laytani. Berbagai cerita saya dapati  tentang jati diri seorang Guru Syariun daripara sesepuh disana. Dulu ketika saya mendengar cerita-cerita masyarakat Tegal Parang tentang beliau ini saya jadi merasa penasaran dan bertanya-tanya siapa sebenarnya sosok yang satu ini. Bagi Masyarakat yang usianya 70 atau 80 tahun yang merupakan penduduk asli Tegal Parang sepertinya memang cukup mengenal namanya.
Cerita tentang beliau banyak saya terima kemudian saya olah, untuk kemudian saya teliti kembali. Rasa-rasanya dalam hati kecil saya, sosok ini bukanlah orang sembarangan, karena cerita yang saya dapati banyak sekali  kelebihan-kelebihanbeliau ini. Dari riwayat-riwayat yang saya peroleh (lebih dari 10 riwayat dari orang-orang yang mengerti Sejarah nasab & riwayat beliau) selain merupakan orang yang alim, beliau ini sering dikaitkan dengan hal-hal yang ajaib(karomah). Buat saya Karomah adalah sebuah hal yang wajar yang terjadi kepada para Wali Allah, karena memang Wali itu adalah kekasih Allah. Tiga atau empat tahun yang lalu saat saya mendengar nama beliau ini saya memang belum begitu tertarik, tapi ketika suatu saat ada silaturahmi beberapa keluarga Tegal Parang, terbukalah sosok yang satu ini. Beliau ternyata memang ulama besar Tegal Parangp ada masa lalu dan merupakan salah satu leluhur sebagian besar masyarakat Tegal Parang dan Mampang Prapatan.

Di Tegal Parang Guru Syariun lebih dikenal dengan nama KONG RIUN. Kalau kita menyebut nama Kong Riun pada beberapa sesepuh Tegal Parang, Insya Allah mereka kenal.  Kong Riun adalah ulama dengan tipikal Low Profil. Tidak terlihat jika beliau ini adalah seorang ulama. Beliau hidup sederhana dan banyak mengajar diberbagai tempat di Betawi pada masa lalu. Sosok Kong Riun dimata anak cucunya dianggap sebagai figur yang cukup memberikan uswah. Cerita-cerita tentang kebaikannya selalu saya dengar.

Pertanyaannya sekarang siapa sebenarnya beliau ini? Kenapa nama beliau ini bisa begitu legendaris dimata beberapa masyarakat asli Tegal Parang.

Akhirnya tahun 2011, suatu saatkeluarga besar Istri saya mendapat sebuah surat undangan dari sebuah perkumpulan yang menamakan diri dengan IKGS atau Ikatan Keluarga Guru Syariun untuk melaksanakan Khaulnya. Pas ketika melihat nama Guru Syariun tertera dikertas undangan itu  terus terang saya kaget, saya katakan kepada beberapa sesepuh disana “lho kalau begitu Kong Riunitu ada perkumpulan keluarga besarnya toh”, barulah ketika saya keluarkan kalimat itu, beberapa sesepuh mengatakan, “memang ada, bahkan sudah lama berdiri dan salah satu anggota yang cukup aktif justru Almarhum paman istri kamu itu”.Mertua saya bahkan mengatakan bahwa pada tahun 1980an beliau sering menghadiri acara Khaul Kong Riun bersama Almarhumah Istrinya. Dan disana mertua saya sering dijamu dan disambut beberapa familinya. Bahkan setiap habis acara khaul mertua saya sering diberi oleh-oleh burung dan buah-buahan seperti rambutan, kecapi dan lain-lain. Wah, betapa kagetnya saya jika didepan mata saya sendiri ada data primer yang valid, tapi justru saya tidak tahu. Maka ketika acara ini berlangsung saya mengajak istri, mertua dan beberapa keluarg auntuk mendatangi acara khaul yang diadakan di Cilebut Bogor Jawa Barat yang lokasinya tidak jauh dari stasiun Cilebut.

Pada saat kami tiba diacara khaul, saya kaget karena jamaah yang datang sekitar 3000 orang, wah banyak sekali mereka itu. Lebih kaget lagi ketika saya bertemu dengan banyak teman kuliah saya yang ternyata banyak dari  keturunan beliau. Jadi kami seperti reuni. Dan hebatnya ribuan orang itu ternyata banyak yang merupakan keturunan dan juga keluarga besar Kesultanan Banten. Ah, rupanya Kong Riun ini ternyata keturunan Kesultanan Banten. Dari awal sebenarnya saya juga sudah menebak jika beliau ini pasti keturunan Kesultanan, karena didepan namanya ada Gelar Raden begitu juga Bapaknya. Orang Betawi yang didepan namanya memakai gelar Raden biasanya pasti keturunan dari Keluarga Kesultanan. Jarang saya lihat orang Betawi memakai budaya seperti ini selain mereka yang berasal dari keturunan Kesultanan. Dari silsilah yang kami beli ternyata memang beliau ini adalah keturunan DariPangeran Sageri bin Sultan Ageng Tirtayasa. Pangeran Sageri adalah seorang Pangeran dari Kesultanan Banten yang menyingkir ke Jayakarta untuk menghindari Konflik antara Sultan Haji Palsu (Abdul Kahhar Palsu) dengan Sultan Ageng Tirtayasa. Pangeran Sageri adalah Azmatkhan, karena leluhurnya adalah Sultan Hasanuddinbin Sunan Gunung Jati Azmatkhan. Pangeran Sageri sendiri dimakamkan di Jatinegara Kaum. Keturunan Beliau menyebar keberbagai wilayah Jakarta dan sekitarnya. Adanya silsilah yang tertera ini telah menegaskan jika Raden Guru Syariun bin Raden Laytani adalah Ahlul Bait dari Azmatkhan. Nasab Keluarga Besar Pangeran Sageri khususnya juga Kong Riun beserta kuturunannya sudah masuk dalam kitab AL MAUSUU’AH LI ANSAABI AL IMAM AL HUSAINI (ENSIKLOPEDIA NASAB ALHUSAINI) yang disusun oleh Sayyid Bahruddin bin Sayyid Abdurrazak Azmatkhan AlHafidz & Sayyid Shohibul Faroji bin Sayyid Muhammad Misbah Azmatkhan AlHafidz, Penerbit Madawis.

Dari acara khaul yang diadakan ini, saya memang melihat banyak kyai-kyai, ajengan dan ulama-ulama keturunan Banten dan Jawa Barat yang hadir. Dan semua rata-rata banyak menceritakan tentang sosok Kong Riun. Rupanya mereka ini sudah lama tahu dengan sosok KongRiun. Acara ini menegaskan jika Kong Riun bukanlah orang sembarangan. Beberapa kyai bahkan dalam ceramahnya menyebutkan bahwa mereka sebenarnya sudah lama mendengar nama Kong Riun, cuma mereka penasaran dimana sebenarnya makam Ulama besar yang satu  ini karena di Tegal Parang, Mampang Parapatan, Pancoran tidak ada,  dan akhirnya mereka baru tahu jika makam beliau ini ada di Cilebut Bogor Jawa Barat. Beberapa keturunan Kong Riun yang mengerti Sejarah dan Nasab Kong mengatakan kepada saya  jika Keluarga Besar Kong Riun itu tersebar diberbagai wilayah Jakarta dan sekitarnya. Mereka dulunya banyak yang memakai gelar Ateng. Keluarga Besar Kong Riun sendiri banyak terdapat Di Tegal Parang, Mampang Prapatan, Pancoran, Cililitan,Citayam, Cilebut, Pasar Minggu, dan wilayah-wilayah lain. Beberapa Keturunan Kong Riun dan juga keluarga besarnya mengatakan kepada kami bahwa beberapa Kyai beken yang ada di Mampang Prapatan, Pancoran, Tegal Parang garis nasabnya masih ada hubungan dengan keluarga besar Kong Riun.

Kong Riun adalah orang yang alim dan punya banyak beberapa kelebihan. Dari beberapa riwayat yang kami peroleh beliau ini adalah orang yang penyayang terhadap faqir miskin. Ada sebuah cerita yang menurut kami menunjukkan kepolosan dan ketulusan hati  seorang Kong Riun. Riwayat ini kami peroleh dari beberapa orang tua di Condet dimana Musholah mereka yang bernama Mushola Attakwa (Dekat jalan raya Condet), Guru Syariun pernah mengajar.  Pada suatu saat setelah Kong Riun Mengajar, Kong Riun Bingung ketika mau pulang ke rumahnya, beliau bingung karena tidak punya uang untuk membayar getek dikali Ciliwung. Saat itu kehidupan Kali Ciliwung masih alami dan Condet masih bernuansa kampung Betawi yang asri. Ciliwung pada masa itu arus sungainya deras sehingga fungsi getek sangat vital untuk penyebrangan. Para muridnya begitu tahu kegundahan hati Kong Riun, akhirnya semua patungan dengan mengumpulkan uang yang ternyata setelah dikumpulkan jumlahnya cukup banyak. Hasil Patungan yang jumlahnya cukup banyak itu diberikan kepada Kong Riun. Kong Riun melihat perbuatan murid-muridnya itu beliau merasa terharu dan akhirnya beliau menerima uang itu. Setelah mengajar Kong Riun pulang dan naik getek, saat setelah tiba di Daerah Pasar Minggu beliau kemudian membayar getek,namun yang membuat tukang getek kaget sekaligus gembira adalah jumlah uang yang diberikan, karena uang yang diberikan Kong Riun adalah semua uang hasil patungan murid-muridnya.  Uang itu jumlahnya cukup banyak untuk ukuran pada masa itu, mungkin bisa satu atau dua minggu bisa menghidupi perekonomian si tukang getek. Si tukang getak pulang dan menceritakan kejadian tersebut kepada beberapa warga Condet, dan kebetulan saat dia bercerita ada murid-murid Kong Riun. Mendengar berita ini, para murid Kong Riun kaget. Ketika Kong Riun kembali mengajar, beberapa murid bertanya kepada Kong Riun, kenapa uangnya dikasih semua sama tukang getek, padahal jumlahnya banyak dan bisa digunakan untuk keperluan yang lain. Kong Riun menjawab kalaudia hanya butuh untuk bayar getek saja, bukan buat apa-apa. Mendengar hal ini kagetlah mereka, dan semakin yakinlah mereka akan kualitas iman dan kedudukan  seorang Kong Riun sebagai ulama. Kong Riun inipada masa lalu sangat terkenal di Condet. Bahkan menurut salah satu paman Istrisaya, nama Kong Riun cukup tenar didaerah Cililitan, bahkan jawara-jawara disekitar Cililitan cukup mengenal baik Kong Riun ini. Nama Kong Riun didaerah Condet dan Cililitan pada tahun 1920 ternyata cukup mendapatkan tempat.

Cerita lain mengenai kelebihan beliauyang juga diriwayatkan oleh beberapa orang tua Condet, suatu saat Kong Riun memeliharaIkan dikolam rumahnya, beberapa muridnya ketika berkunjung ke Tegal Parang sering melihat keberadaan ikan-ikan tersebut. Pada suatu saat ikan dikolam milik Kong Riun itu hilang, gemparlah murid-muridnya. Dan tanpa diduga ikan itu sudah ada dipasar minggu untuk dijual, anehnya dari pagi sampai sore, ikan itu tidak laku-laku,karena setiap orang yang mau beli ikan tersebut, tahu jika ikan itu milik Kong Riun, sehingga mereka tidakada yang  berani membeli ikan-ikan tersebut,  padahal ikan  itu gemuk gemuk dan dijual murah oleh si pedagang, namun setiap orang yang mau beli tiba-tiba jadi merasa takut dan takut kualat. Orang sekitar pasar jaditahu kalau ikan itu milik Kong Riun,  Beberapa orang berkata, “itu ikan Kong Riun kok bisa ada dipasar”, dan kalimat ini akhirnya didengar juga oleh Kong Riun, akhirnya Kong Riun pergi menuju ke Pasar Minggu, dan saat bertemu dengan Sang Pedagang itu, secara tiba-tiba pedagang itu gemetar dan ketakutan, karena malu  jika perbuatannya ketahuan sama Kong Riun,tapi apa kata Kong Riun, sambil tersenyum beliau bilang  “Udah lu ambil aja tuh semua ikan dan bawa pulang buat anak bini lu, tapi besok-besok lu jangan nyolong lagi ya”. Dengan rasa malu namun juga terharu, si Pedagang menjawab, “iye Kong, gak lagi lagi dah aye nyolong”.

Cerita yang juga membuat kita bisa mengambil suri tauladan dari beliau ini adalah sikapnya kepada binatang.Suatu saat Kong Riun pergi mengajar  didaerah Pasar Minggu, dari Pasar Minggu beliau kemudian pulang ke Cilebut, saat beliau pulang beliau diberi oleh-oleh buah Rambutan oleh beberapa muridnya. Rambutan itu beliau bawa sampai Cilebut. Namun begitu sampai Cilebut Kong Riun Kaget, karena ada beberapa semut dibajunya. Semut itu mungkin dari buah Rambutan.  Maka setelah beliau melihat semut dibajunya, beliau naik lagi kereta dari Cilebut untuk kembali ke Pasar Minggu. Murid-murid yang di Pasar Minggu kaget, mereka berkata, “lho kok balik lagi Kong?”, dengan nada tenang Kong Riun berkata, “ini balikin semut ketempat asalnye, kasihan die kebawa sama ane sampai ke Cilebut”. Muridnya yang mendengar ucapan sang guru kaget dan tidakmenduga, hanya gara-gara Semut Kong Riun mau balik dari Cilebut ke PasarMinggu.

Salah satu karomahnya yang juga cukup mahysur dikalangan keturunannya adalah sebagai berikut:,Suatu saat beliau mau mengambil Wudhu di sumur dekat rumahnya yang berada di Cilebut, pada saat mengangkat air di ember, beliau merasa bahwa beban embernya tiba-tiba terasa sangat berat, sehingga ketika diangkat ember itu cukup juga membuat Kong Riun kerepotan. Dan pas ember itu sampai diatas bibir sumur, Kong Riun kaget, karena ember itu tiba-tiba berisikan emas,melihat kondisi ini, Kong Riun berkata,”Ya Allah saya butuh air buat Sholat,bukannya emas”. Setelah berkata demikian Ember yang berisi emas itu beliau turunkan,dan setelah mengangkat ember yang kedua kalinya barulah air sumur beliau peroleh. Kekeramatan Kong Riun juga banyak terjadi pada anak-anaknya. Namun keturunan Kong Riun lebih memilih Low Profil, alias tidak mau kelihatan dan inginterlihat biasa saja. Cerita-cerita lain yang tidak kalah menakjubkan, misalnya setiap beliau habis mengajar kemudian pulang, saat hujan beliau ini tidak pernah basah dan kehujanan, padahal jelas-jelas dia dimata muridnya kehujanan dan tidak pakai payung. Pernah juga suatu saat beliau naik kereta api dari pasar minggu menuju Cilebut, dan karena waktu itu dia tidak punya tiket, dia diturunkan masinis, anehnya setelah diturunkan disalah satu stasiun, kereta tidak bisa jalan-jalan, sontak penumpang pada heran, namun ada beberapa orang yang "curiga" pada Kong Riun, mereka memandang bahwa mungkin karena orangtua ini kereta tidak bisa jalan. mereka berfikir, pasti orangtua ini bukan orang biasa, sehingga sang masinispun akhirnya menaikkan kembali kong riun, dan ajaibnya kereta itu kemudian berjalan normal kembali. Memang kadang penampilan Kong Riun itu tidak seperti ulama pada umumnya, dia lebih senang berpenampilan apa adanya, sehingga bagi orang yang baru kenal, mungkin akan menganggap dia biasa saja.

Guru Syariun adalah asli berasal Tegal Parang tapi berasal dari keturunan Kesultanan Banten. Leluhurnya yaitu Pangeran Sageri dimakamkan di Jatinegara Kaum, sebuah daerah di Jakarta yang usianya cukup tua, karena didirikan pada tahun 1620 olehPangeran Ahmad Jaketra Azmatkhan. Tegal Parang pada masa lalu sama seperti daerah Condet, masih banyak perkebunan yang lebar, sawah masih banyak dan jarak rumahnya saling berjauhan dan masih banyak dihuni penduduk asli Betawi. Keluarga Besar Kong Riun terutama Ayahnya Raden Laytani merupakan orang yang dihormati pada masa itu. Walaupun Kong Riun keturunan Kesultanan Banten yang bahasa banyak menggunakan bahasa Sunda, namun karena Kong Riun dan keluarga besarnya tinggal didaerah Betawi yang asli, maka bahasa yang digunakan sehari-haripun adalah bahasa Betawi. Jadi percakapan keluarga besar Kong Riun ya bahasa Betawi. Pada masa Kong Riun hidup daerah seperti Tegal Parang, Mampang, Pancoran masih sepi, sehingga nyaris seperti kehidupan didaerah ini seperti kehidupan didesa dipedalaman. Kondisi daerah-daerah ini masih banyak sebagian yang hutan, sampai tahun 1950 awal, daerah Mampang, Tegal, Tebet, Bangka,  sering disebut, tempat jin Buang anak, karena begitu sepinya. Menurut ayah saya, sampai tahun 1959 daerah-daerah ini masih sangat sepi. Ayah saya yang dulu pernah ditawari tanah didaerah tersebut, justru menolak karena kondisi daerah itu masih sepi dan tradisional. Daerah Betawi yang ramai, kata ayah saya kebanyakan didaerah Jakarta Pusat seperti Senen, Kwitang, Sawah Besar, Tanah Tinggi, Tanah Abang, Kemayoran.

Kong Riun dari jalur ayahnya adalah Azmatkhan,  dan jika diambil silsilah dari Almarhumah. Ibudan kakeknya, beliau memang masih keturunan Hadramaut Yaman, itu sebabnya waja hanak keturunan beliau banyak yang menunjukan wajah Arab. Tidak heran memang banyak keturunan Kong Riun wajahnya mirip juga dengan wajah-wajah Timur Tengah. Adapun Nama  Syari'un di berikan seorang Syeikh kepada ayah beliau yg artinya dari Syari'uun = "Orang yang mengikuti hukum2 Syar'iy.."

Beliau sebagai seorang sufi juga Tahfidzul Qur'an, dan kelebihan menghafal Al-Qur'an beliau dapati dari Almarhum ayahnya Raden Laytani. Sejak  Usia beliau 5 Tahun beliau sudah mulai menghafal.Dan beliau ini juga mempelajari Kitab Al-Gunyah, Fiqh Al-Um, Manaqib, dan Awrad Syeikh Hisyam Al-Hadromi dan beberapa kitab Tauhid dan Tafsir. yang kesemua rangkuman dari pelajarannya di buat catatan dengan tulisan tangannya sendiri. Buku inilah yang sempat dicari beberapa murid dan anak cucu beliau saat beliau meninggal dunia, dan terakhir Buku tulis tangan Beliau yang menyimpannya adalah Almarhum Yahya Bin Khalid Bin Guru Syari'un (Krobokan Pasar Minggu). Gambaran fisik seorang guru Syariun yang kami peroleh dari salah seorang keturunannya, Guru Syariun digambarkan  berhidung mancung, bersih pipinya, senyumnya yg tak pernah lepas (wajah nya seakan selalutersenyum) tidak tinggi juga tidak pula kecil tubuhnya, halus pipinya, berbekas sujud di keningnya. Wajah Kong Riun memperlihatkan jika beliau adalah seorang ahli ibadah. Gaya hidupnya benar-benar gaya hidup sufi. Salah satu hadits dan amalan Raden Guru Syari'un yaitu  haditsRasulullah SAW dari Abi Hurairah radhiyallahu `anhu yang berbunyi "DemiAllah, sesungguhnya aku akan mendekatkan kamu cara solat Rasulullah S.A.W. MakaAbu Hurairah melakukan qunut pada solat Zuhur, Isya' dan Subuh. Beliaumendoakan kebaikan untuk kaum mukminin dan memintakan laknat ke atasorang-orang kafir".  Raden Guru Syari'un adalah hamba Allah yang hafal Al-Qur'an, sabar dalam setiap keadaan dan istiqomah dalam taqwa dan senantiasa memperhatikan kekuatan imannya, sifat kewaliyannya telah membekas di sepanjang hidupnya.
Raden Haji Guru Syariun Azmatkhan wafat pada tahun 1926 Masehi, beliau dimakamkan di Cilebut Bogor Jawa Barat, tidak jauh dari Sungai Ciliwung. Pada saat sakit dan menjelang wafatnya, beliau masih terus berzikir, meski dari mulut dan hidungnya banyak mengeluarkan darah,senyumnya tidak pernah hilang kepada anak-anak dan istrinya. Setiap tahun perayaan Khaulnya dirayakan  di CilebutJawa Barat dan dihadiri banyak Ajengan dari Jawa Barat dan juga beberapa tokohpolitik dari Jawa Barat.

Sumber Tertulis :
  1. Al Mausuu’ah Li Ansaabi Al Imam Al Husaini (Ensiklopedia Nasab Al Husaini), Oleh : Sayyid Bahruddin bin Abdurrozaq Azmatkhan & Sayyid Shohibul Faroji bin Sayyid Muhammad Misbah Azmatkhan Al Hafiz, Penerbit Madawis.
  2. Silsilah Keluarga Haji Letek Dan Raden Koja, Penerbit IKGS