Kamis, 14 November 2013

Imam Ahmad Al-Muhajir bin Isa Ar-Rumi

IMAM AHMAD AL MUHAJIR BIN ISA AR RUMI (Bapak Biologi, Idiologi, dan Ruhani Ulama Walisongo dan Sultan- Sultan Azmatkhan)

Imam Ahmad Al Muhajir..bila disebut nama ini, bagi orang orang yang terbiasa bergaul dengan komunitas ahlul bait terutama kaum alawiyin, pasti sudah tidak asing lagi. Para pecinta ahlul bait di Jakarta maupun seluruh Nusantara, pasti tidak asing dengan nama yang satu ini. Nama ini adalah sebuah nama wajib yang harus disebut dalam setiap pembacaan doa maupun acara-acara keagamaan. Dalam pengalaman saya mengikuti kegiatan maulid, khaul, Isra Mi'raj yang dilaksanakan oleh para habaib maupun kyai-kyai di Jakarta, nama Imam Ahmad Al Muhajir pasti disebut. Dari Tahun 1989 s/d tahun 2000an, ketika saya sering mengikuti kegiatan-kegiatan rutin yang diadakan majelis-majelis besar Di Jakarta ini, nama Imam Ahmad Al Muhajir masih terus abadi dan sering disebut-sebut sebagai orang pertama dalam urutan kaum alawiyin dalam pemberian doa dan fatehah. Bukan itu saja bahkan penyebutan nama beliau sudah bukan milik para ahlul bait kalangan alawiyin lagi, penyebutan nama beliau bahkan sudah merata bagi kalangan majelis taklim atau majelis-majelis keagamaan di seantero jakarta bahkan Nusantara ini. Tidak menyebut nama beliau, rasanya seperti tidak sah saja dalam setiap kegiatan. Saya sendiri dalam setiap doa, sebelumnya selalu menyebut nama beliau ini, tanpa saya sadari (mungkin ini karena ajaran guru guru saya dulu) nama beliau pasti selalu saya sebut, bahkan beberapa hari yang lalu ketika sahabat saya yang seorang ustad memimpin pembacaan ratib haddad, beliau saya tegur dengan nada bercanda, saya katakan kepada sahabat saya itu, "kok nama Imam Ahmad Al Muhajir gak disebut", begitu mendengar kalimat ini, teman saya kaget dan baru sadar dan senyum, dia menjawab, "wah, kok ana bisa lupa ya, padahal nama Imam Ahmad selalu ana sebut". Dulu saya pernah bertanya-tanya, siapa Imam Ahmad Al Muhajir ini? Mengapa namanya tidak lekang oleh waktu dan selalu tidak terlupakan dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilakukan umat Islam Di Jakarta maupun di Nusantara ini yang memang mayoritas sering mengadakan tradisi maulid, Khaul dan kegiatan-kegiatan agama lain.

Begitu eratnya nama ini pada masyarakat Islam yang sering mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan, sampai-sampai banyak fihak yang berusaha mempelajari biografi dari seorang Imam Ahmad Al Muhajir, salah satunya adalah KH Abdoellah bin Nuh, seorang ulama international Indonesia, kecintaan beliau akan ahlul bait didedikasikan dengan membuat buku Al Imam Ahmad Muhajir.. Saya sendiri berusaha keras untuk mempelajari biografi tokoh yang fenomenal ini, sepertinya magnet dari beliau ini sangat luar biasa. Tidak mungkin bila nama seorang disebut bila tidak mempunyai jasa yang besar. Tidak mungkin namanya abadi bila dakwahnya tidak berhasil. Setiap nama yang disebut terus menerus, bahkan hampir seribu tahun, pasti nama dan kedudukan orang itu sangat istimewa, contohnya seperti Syekh Abdul kodir Jaelani. Penulisan sejarah tentang Imam Ahmad Al Muhajir ini bahkan dapat dikatakan sangat banyak, hanya saja untuk edisi Indonesia masih terbatas, yang banyak adalah edisi bahasa arab, kebanyakan orang menulis dalam edisi bahasa Indonesia masih menulis figur-figur yang sudah melekat kuat di bangsa ini, seperti Syekh Abdul Kodir Jaelani. Namun betapapun demikian, jasa dan peranan dari Imam Ahmad al Muhajir tidaklah kalah dari saudara senasabnya itu..Ya kedua-duanya adalah zuriah dan permata dari Rasulullah SAW, hanya saja yang satu di bagdad yang satu lagi di Hadramaut Yaman. Namun sebenarnya sebelum Imam Ahmad menetap di Hadramaut beliau pernah ditinggal di Basrah Irak, namun karena fitnah terhadap Ahlu Bait makin menggila akhirnya beliau memutuskan hijrah ke Hadranmaut Yaman untuk berdakwah, bukan menyingkir karena takut!. sekali lagi beliau hijrah dari basrah ke Hadramaut Yaman karena memang untuk berdakwah. Nama Al Muhajir sendiri berarti BERPINDAH. beliau berpindah dari Basrah ke Yaman, Kepindahan beliau dari Basrah ke Yaman ini akhirnya dinisbatkan dengan namanya, yaitu Imam Ahmad AL Muhajir.

Imam Ahmad dalam sebagian kecil biografinya, seperti yang ditulis Faris Khorirul Anam Lc dalam bukunya yang berjudul AL IMAM MUHAJIR (Leluhur Walisongo dan Habaib di Indonesia) dalam pendahuluan bukunya mengatakan bahwa Imam Ahmad adalah pembesar (kibar) dari keturunan Rasulullah SAW. Ini artinya kedudukan beliau mempunyai pengaruh yang kuat pada keluarga besar ahlul Bait Nabi Muhammad SAW khususnya keturunan dari jalur beliau ini. Karena dari beliaulah telah lahir puluhan ribuan ulama keturunan beliau yang banyak menyebar keseluruh dunia, termasuk walisongo!!. Ya Imam Ahmad Al Muhajir adalah salah satu nenek moyangnya walisongo. Tidak hanya walisongo, Imam Ahmad Al Muhajir juga merupakan leluhurnya sebagian para sultan di Nusantara. Imam Ahmad Al Muhajir bukan hanya leluhurnya para habaib yang datang pada abad 18, namun ia juga merupakan leluhurnya walisongo, sebagian sultan di nusantara, dan ia juga merupakan leluhurnya sebagian ulama di Nusantara. Sebagian yang disebut-sebut ini nasabnya banyak yang kembali kepada Imam Ahmad Al Muhajir. Dalam catatan-catatan zuriat keturunan walisongo dan sebagian para sultan-sultan serta ulama-ulama dibeberapa daerah, kebanyakan nasab mereka, salah satu leluhurnya adalah Imam Ahmad Al Muhajir. Imam Ahmad Al Muhajir sendiri adalah leluhur ke 9 dari Sayyid Abdul Malik Azmatkhan yang merupakan nenek moyangnya walisongo, sebagian sultan-sultan dan ulama-ulama keturunan Azmatkhan. Sayyid Abdul Malik Azmatkhan sendiri adalah keturunan ke 9 dari Imam Ahmad Al Muhajir. Sayyid Abdul Malik bahkan dibelakang namanya sering dinisbatkan dengan nama Al Muhajir, mirip dengan datuknya Imam Ahmad Al Muhajir. Adanya hubungan nasab antara Sayyid Abdul Malik dan Imam Ahmad Al Muhajir inilah semakin memperkuat hubungan batin antara walisongo dengan seluruh Zuriah alawiyin. Dalam berbagai catatan nasab ulama yang menekuni nasab ahlul bait, banyak yang menyatakan bahwa Sayyid Abdul Malik memang bernasabkan kepada Imam Ahmad Al Muhajir karena ayah dari Sayyid Abdul Malik adalah Sayyidina Alwi Ammil faqih yang merupakan salah satu paman dari Al Imam Al Faqih Muqaddam (Sayyidina Muhammad bin Ali Baalawy). Al Imam Faqihil Muqoddam adalah pemuka alawiyin dari jalur sayyidina Ali (adik Sayyidina Alwi Ammil Faqih), sedangkan Sayyid Abdul Malik pemuka alawiyin dari jalur Sayyidina alwi ammil faqih (kakak dari sayyidina Ali). Artinya Sayyid Abdul Malik adalah sepupuan dengan Al Faqihil Muqaddam. Antara Sayyid Abdul Malik bin Alwi Ammil Faqih dan Al Imam Faqihil Muqoddam Muhammad bin Ali Baalawy adalah pemuka alawiyin. kedua-duanya banyak menurunkan ulama besar. Al Imam Faqihil Muqaddam sendiri banyak menurunkan marga atau Fam dalam jumlah kurang lebih 115 fam, sedangkan sayyid abdul malik (terutama dari jalur ayahnya Al Imam Alwi Ammil Faqih) hanya menurunkan 15 fam, namun kedua duanya memiliki keturunan yang sangat banyak, keturunan Sayyid Abdul Malik Azmatkhan, bahkan sebenarnya memiliki fam pecahan yang juga tidak kalah banyaknya dan ini terdata dalam kitab nasab Ensiklpedia Nasab Al Husaini, mereka itu menyebar keseluruh dunia, khususnya di kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan.

Dapat dikatakan bahwa Imam Ahmad Al Muhajir adalah bapak biologis, idiologis, ruhani bagi bangsa ini, bukan hanya para zuriah habaib yang sekarang, namun ia juga bagian penting dari keluarga besar walisongo, sultan sultan, ulama-ulama dan Rakyat Indonesia. Adalah sebuah hal yang wajar bila kita mau mempelajari sosok yang mulia ini. Kalau kita sering menyebut Imam Abdullah bin Alwi Alhaddad, Imam Al Gazali, Imam Nawawi, dan imam-imam yang lain, mengapa pula nama Imam Ahmad Al Muhajir kita tidak sebut, padahal jasanya terhadap bangsa ini luar biasa, melalui keturunannya bangsa ini bisa mengenal Islam, melalui keturunannya bangsa ini bisa berdiri, jadi sudah sewajarnya nama yang satu ini mendapat tempat di hati bangsa Indonesia ini..