Rabu, 21 Agustus 2013

Manipulasi Sejarah Walisongo Oleh Penjajah Kolonial

Oleh:
Sayyid Iwan Mahmoed Al-Fattah Azmatkhan

Menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Api Sejarah Halaman 5 mengatakan, “Dalam upaya menghilangkan kesadaran pemasaran dari umat Islam, yang demikian itu, penjajah barat, berusaha pula menguasai system penulisan sejarah. Mengapa? Karena dari hasil penulisan sejarah, akan berdampak terbentuknya citra dan opini masyarakat jajahan, tentang kisah masa lalu yang dibacanya. Ditargetkan dari hasil bacaannya akan menumbuhkan perubahan system keimanan dan tingkah laku sosial politik dan budaya selanjutnya, yang memihak penjajah”.

Salah satu korban penulisan sejarah yang sangat tidak adil dan tendensius yang dilakukan oleh para penjajah itu adalah walisongo. Dari mulai Portugis, Belanda , Inggris sering kali menanamkan pola fikir yang menyesatkan tentang biografi dan sejarah walisongo. Sebisa mungkin pola fikir rakyat mengikuti pola fikir penjajah. Efek adanya penanaman pola fikir yang tentu saja diiringi dengan penindasan ini membuat banyak rakyat akhirnya salah mengerti dengan sejarah walisongo. Dengan penjajahan yang sekian ratus tahun, kita tidak usah heran jika saat ini masih banyak percaya walisongo sebagai dongeng ketimbang fakta sejarah. Sebagai tokoh penyebar agama Islam, walisongo lebih ditonjolkan cerita dongengnya daripada realita aslinya, walisongo dianggap seperti tidak mengenal syariat Islam.

Dituturkan jika walisongo masih menjalankan ajaran Hindu. Mereka para walisongo digambarkah masih menjalankan kegiatan kegiatan yang berhubungan dengan agama tersebut, seperti misalnya patigeni, tanpa makan sahur dan berbuka, bertapa digunung atau dipinggir sungai tanpa sholat dengan waktu yang bertahun tahun seperti yang dilakukan sunan kalijaga, ada juga yang katanya berubah jadi cacing seperti syekh siti jenar, atau walisongo dihubungkan kisahnya dengan dewa dewi pada agama budha dan hindu. Kisah keterlaluan lain misalnya ketika walisongo sudah dianggap mencapai tingkat ma’rifat, digambarkan mereka tidak melakukan syariat Islam lagi. Walisongo digambarkan boleh melakukan apa saja ketika sudah mencapai marifat. Mereka juga digambarkan sangat anti pada kehidupan dunia seperti perdagangan, seolah olah walisongo sangat bodoh dalam bidang perdagangan, padahal diantara walisongo banyak yang memiliki kemampuan perdagangan yang baik.

Walisongo didongengkan atas nama Islam, tapi kelakuan mereka sehari hari adalah Hindu dan Boedha. Semua seolah olah berasal dari Hindu dan Budha, ketika mereka membuat pesantren, dikatakan bahwa itu adalah meniru dari agama Hindu dan Budha, padahal faktanya sampai sekarang lembaga pendidikan seperti pesantren tidak pernah ada dalam agama hindu dan budha. Ketika mereka mengadakan kegatan kegiatan keagamaan yang cultural, langsung saja dicap bahwa itu berasal dari agama Hindu dan Budha. Jika kita mau teliti dan kritis, justru walisongo itu lebih banyak fakta sejarah ketimbang dongeng, Pembuatan masjid demak itu adalah atas saran dari walisongo, penyebaran agama islam dengan sukses dan damai, itu adalah karena kecerdasan mereka dalam membaca situasi dan kondisi, perlawanan mereka terhadap penjajah itu adalah fakta, seperti yang dilakukan oleh Kesultanan Demak, Kesultanan Banten, Kesultanan Cirebon yang kesemuanya adalah bagian keluarga besar walisongo. Walisongo bahkan dianggap tidak punya karya tulisan, padahal karya karya mereka ada dan tersimpan baik dibeberapa keturunan walisongo.

Dikatakan bahwa walisongo adalah hanya kumpulan orang orang yang “misterius” padahal faktanya walisongo adalah majelis dakwah yang dibentuk oleh Sultan Muhammad 1 dari Kesultanan Turki Usmani pada tahun 1404 Masehi dan itu fakta, karena sampai sekarang surat tugas untuk mendirikan majelis dakwah walisongo sampai saat ini masih tersimpan baik di museum istambul turki.

Manipulasi sejarah walisongo memang sangat keterlaluan, manipulasi mereka semakin parah tatkala banyak dari keluarga besar walisongo melakukan perlawanan perlawanan terhadap pemerintah kolonial penjajah, tidak heran dari sekian perlawanan terhadap penjajah, keluarga walisongo merupakan keluarga yang paling dibenci oleh para penjajah tersebut. Mereka penjajah tahu benar siapa yang berada dibelakang setiap perlawanan perlawanan terhadap penjajah kolonial tersebut. Dan itu sudah dirintis sejak masa kesultanan kesultanan nusantara Berjaya. Perlu diketahui bahwa kesultanan kesultanan tersebut masih menjadi bagian keturunan dari keluarga besar walisongo. Nasab mereka banyak yang bersambung kepada walisongo. Tidak heran dari sekian perlawanan yang paling ditakuti adalah perlawanan keluarga besar walisongo. Sampai masa tahun 1945 an para keturunan keturunan walisongo yang diwakili oleh banyak ulama dan pejuang terus melakukan perlawanan perlawanan..

Wallahu A’lam Bisshowab……