Rabu, 21 Agustus 2013

Majapahit Runtuh Bukan Karena Kesultanan Demak (Menjawab Tuduhan Terhadap Raden Fattah)

oleh:

Sayyid Iwan Mahmoed Al-Fattah Azmatkhan 


Runtuhnya Kerajaan Majapahit, sampai saat ini ternyata banyak fihak yang menyesalinya. Tidak terkecuali umat Islam sendiri. Seolah olah dengan runtuhnya Kerajaan yang besar ini akan timbul Kiamat. Keruntuhan Majapahit sering digambarkan sebagai sebuah tragedi peradaban di Nusantara, dan kambing hitam dari runtuhnya Kerajaan yang besar ini adalah islam. Begitu melankolisnya kisah kerajaan ini, kisah kerajaan yang satu ini telah banyak dibuat dalam bentuk, kidung, babad atau serat yang isinya menceritakan kebesaran Majapahit. Tentu dalam penulisan itu banyak unsur unsur yang berpengaruh, termasuk sisi subyektifitasnya, dan itu terbukti!. Dari sekian babad atau serat serat yang beredar, banyak isinya lebih mengagungkan Majapahit ketimbang Islam, dalam hal ini diwakili Kesultanan Demak. Dan yang paling menjadi sasaran bahasa "kemarahan" dari orang orang yang mencintai kerajaan ini adalah keluarga besar walisongo lebih khusus lagi Raden Fattah.

Sampai saat ini tokoh Raden Fattah sering dianggap sebagai biang keladi runtuhya majapahit, terutama ketika terjadinya penyerangan terhadap Majapahit tahun 1478 Masehi, sehingga menyebabkan Hancurnya Majapahit. Dengan adanya cerita pada tahun 1478 ini, beberapa orang menuduh Raden Fattah sebagai sumber perpecahan dan runtuhnya Majapahit. Permadi, salah seorang Paranormal yang kini menjadi anggota DPR fraksi Gerindra bahkan pernah mengatakan bahwa gara-gara Raden Fattah, negara ini sering kena bencana, dan Raden Fattah haruslah tanggung jawab atas bencana bencana selama ini karena telah meruntuhkan majapahit. Manusia aneh!!! kesalahan bencana hanya ditujukan pada satu orang, manusia aneh....... Statement dari Permadi yang sering mengaku sebagai Penyambung lidah Bung Karno ini ketika itu langsung dibantah keras oleh KH SLAMET EFFENDI YUSUF yang juga keturunan Raden Fattah. Bahkan KH Slamet effendi yusuf mengancam akan mempidanakan Permadi jika pernyataannya tersebut tidak ditarik. Permadi ini aneh, menghina Raden Fattah tapi dia tidak sadar jika orang orang yang sering dia puji justru banyak keturunan Raden Fattah.

Kebencian terhadap sosok Raden Fattah ini memang sangat luar biasa. Diberbagai tulisan dan beberapa forum sosok yang satu ini sering menjadi sasaran kemarahan bahkan menjadi olok-olok. Dari mulai ayahnya, ibunya, sejarahnya, semua hampir dibuat "aneh". Dan Hal yang paling sering diangkat adalah, bahwa Raden Fattah melalui kesultanan Demak telah menghancurkan dan meruntuhkan kejayaan majapahit, padahal ia adalah "anak" dari Brawijaya 5. Tidak hanya ini saja, perseteruan antara Raden fattah dengan Syekh Siti Jenar dan Ki Ageng Pengging bahkan sering dikatakan sebagai sikap otoriter dan diktatornya seorang Raden Fattah.

Benarkah pernyataan pernyataan itu??? Benarkah Raden Fattah yang meruntuhkan Majapahit terutama pada tahun 1478 Masehi ??? benarkah Raden fattah diktator terhadap Syekh Siti Jenar dan Ki Ageng Pengging? 

Berdasarkan penyelusuran yang saya lakukan diberbagai tulisan, ternyata pada tahun 1478 itu yang menyerang Majapahit Era Brawijaya 5 adalah Dyah Ranawijaya alias Girindrawardhana seperti yang saya kutif dari buku Umar Hasyim dalam buku Biografi Sunan Giri yang mana Umar juga mengambil pernyataan Prof. Dr. N. J. Krom dalam buku “Javaansche Geschiedenis” yang menolak anggapan bahwa pihak yang telah menyerang Majapahit pada masa Prabu Brawijaya V (Kertabhumi) adalah Demak, menurut Prof. Krom serangan yang dianggap menewaskan Prabu Brawijaya V tersebut dilakukan oleh Prabu Girindrawardhana. Demikian juga Prof. Moh. Yamin dalam buku “Gajah Mada” menjelaskan bahwa raja Kertabhumi atau Brawijaya V tewas dalam keraton yang diserang oleh Prabu Rana Wijaya dari Keling atau Kediri. Dyah Rana Wijaya yang dimaksud adalah nama lain dari Prabu Girindrawardhana.

Penyerangan yang dilakukan Dyah Ranawijaya atau Girindrawardana ini perlu diangkat dengan jelas dan terang benderang agar tuduhan terhadap Raden Fattah bisa diklarifikasi, karena akibat penyerangan ini, menyebabkan hilang dan runtuhnya Majapahit disamping faktor faktor lain. Fakta ini harus dikemukakan dengan jelas karena sejarah yang tertera selama kambing hitam dari penyerangan itu justru ditujukan kepada Raden Fattah.

Lantas kalau Raden Fattah tidak menyerang pada tahun 1478, kapankah terjadinya peperangan antara Raden Fattah dengan Majapahit? dan apa motifnya?

Berdasarkan kronologis sejarah yang telah saya pelajari, ternyata pasca penyerangan Dyah Ranawijaya terhadap Brawijaya 5 ditahun 1478 Masehi, dia kemudian mengangkat diri menjadi raja Majapahit dengan gelar Brawijaya VI atau GIRINDRAWARDHANA. Dyah ranawijaya ini ternyata juga menantu Brawijaya 5. Jadi dapat dikatakan dia ini berkhianat sama mertuanya, Kemungkinan adanya penyerangan dari Dyah Ranawijaya ini karena Brawijaya 5 terlalu pro terhadap perkembangan islam, dan walisongo sehingga dengan sikapnya brawijaya 5 itu bisa dianggap melemahkan majapahit. Dyah Ranawijaya ini kemudian memindahkan ibukota majapahit dari Mojokerto ke kediri. Namun pemerintahan Dyah Ranawijaya ini tidak lama karena kedudukannnya dikudeta oleh orang kepercayaannya sendiri yaitu Prabu Udara. Prabu Udara akhirnya mengangkat dirinya menjadi Brawijaya VII. Perlu diketahui bahwa kedudukan Majapahit versi Prabu Udara ini tidak setangguh yang dibayangkan, kedudukannya sudah lemah, kekuatan kerajaan ini jauh dibawah kerajaan demak dan sudah menjadi bagian wilayah Kesultanan demak, namun demikian Raden Fattah membiarkan Majapahit bentukan Prabu Udara ini berkembang. Raden Fattah membiarkan Kerajaan yang sudah kecil ini karena dianggap sudah tidak mungkin eksis lagi. Namun ternyata akhirnya, dikemudian hari Kerajaan Majapahit era Prabu udara telah berkhianat kepada Kesultanan Demak. Sejarah mencatat bahwa Prabu Udara atau Brawijaya VII mengirim utusan kepada Alfonso d’Albuquerque dengan membawa hadiah berupa 20 buah genta, sepotong kain panjang tenunan Kambayat, 13 buah lembing, dan sebagainya. Melihat gelagat yang kurang baik inilah maka kemudian tentara Kesultanan Demak yang dipimpin oleh Adipati Yunus (Pati Unus atau Pangeran Sabrang Lor) menyerang Portugis di Malaka dan sekaligus Majapahit di bawah kepemimpinan Prabu Udara untuk membubarkan persepakatan gelap yang terjadi. Seandainya saja Majapahit tidak diserang pada masa Prabu Udara tersebut maka dapat dipastikan bahwa Portugis akan menjajah tanah Jawa lebih cepat dari masa agresi Belanda. Penyerangan inipula untuk mempertahankan harkat dan martabat agama islam yang sudah mulai terancam dengan kedatangan portugis.

Demikian pula faktor penyebab melemahnya Majapahit juga disebabkan makin pudarnya popularitas kerajaan Hindhu tersebut di mata rakyat. Kehidupan Majapahit terlalu berjarak jauh dengan rakyat. Bangsawan Majapahit lebih berorientasi kepada kehidupan kerajaan semata dibandingkan memikirkan rakyat, posisi rakyat lebih dianggap sebagai kelas yang paling terendah. Sehingga tidak heran dengan sikap mereka seperti itu menyebabkan rakyat mencari sandaran baru dalam kehidupan mereka, sehingga dengan adanya Kesultanan Demak dan Walisongo menyebabkan Keberadaan Majapahit telah tertutupi dengan munculnya kerajaan Demak yang dianggap membawa angin dan perubahan baru. Keruntuhan Majapahit juga tinggal menunggu waktu saja, karena banyaknya daerah daerah di Nusantara yang melepaskan diri dari jajahan Majapahit. Daerah satu dengan yang lain saling menyerang. Pemberontakan terjadi disana sini, perang saudara juga telah menguras kas negara majapahit, pejabat pejabat yang tidak cakap dalam memerintah, kemiskinan juga mulai merajalela, bencana alam sering terjadi seperti banjir besar sungai berantas yang merupakan urat nadi perekonomian majapahit dan juga meletusnya gunung kelud serta bencana bencana lain. Kekuatan Majapahit hanya terfokus pada pemerintah pusat saja, sedangkan didaerah banyak yang terbengkalai. Majapahit tidak sehebat dimasa gajah mada dan raja hayam wuruk. Justru orang-orang yang terbaik di era era akhir majapahit lebih banyak yang memeluk islam dan dekat dengan walisongo dan juga Raden fattah. Sehingga dengan kondisi yang sudah rawan ini, Majapahit tinggal tunggu waktu saja untuk runtuh.

Dengan kondisi yang tinggal waktu itu, pantaskah Raden Fattah dijadikan kambing hitam? Dengan fakta sejarah yang sudah dijelaskan diatas, pantaskah Raden Fattah menjadi biang keladi itu semua? Adapun sikap diktator terhadap Syekh Siti Jenar dan Ki Ageng Pengging, cerita ini tidaklah benar, karena kedua tokoh ini justru berasal dari nasab yang sama dengan Raden Fattah, Ki Ageng Pengging dan Syekh Siti Jenar adalah keluarga besar AZMATKHAN. Tidak ada pertentangan antara mereka ini. Cerita adanya pertentangan antara Raden Fattah bersama Walisongo versus Ki Ageng Pengging bersama Syekh Siti Jenar adalah fiktif dan dibuat-buat. cerita ini banyak berasal dari babad tanah jawi yang justru dibuat setelah sekian ratus dari masa Raden Fattah dan walisongo. Seperti yang kita ketahui bahwa Banyak babad atau serat serat yang isinya patut kita pertanyakan, memang tidak semua salah, namun untuk urusan nasab dan logika dan psikologi sejarah, data dari babad dan serat itu patut diuji ulang tentang validitas isinya...

Wallahu A'lam Bisshowab.

SUMBER :

Sholichin Salam. Sekitar Walisanga. (Menara Kudus, Kudus, 1960). Hal. 13
MB. Rahimsyah. Legenda dan Sejarah Lengkap Walisongo. (Amanah, Surabaya, tth). Hal. 50. 
Marwati Djoenoed Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia. Jilid II. Cetakan V. (PN. Balai Pustaka, Jakarta, 1984). Hal. 451
Umar Hasyim. Sunan Giri dan Pemerintahan Ulama di Giri Kedaton. (Penerbit Menara, Kudus, 1979). Hal. 88 – 89