Rabu, 21 Agustus 2013

Khataman di Syekh Quro Karawang (Walisongo Yang Nyaris Terlupakan)

Oleh:

Sayyid IWan Mahmoed Al-Fattah Azmatkhan

Kemarin saya melakukan perjalanan religi menuju Syekh Quro Karawang. Saya tidak tahu kenapa perasaan saya ingin menuju kesana. Beberapa hari sebelum Khatam Qur'an Juz Ke 30, perasaan saya sangat kuat mengatakan untuk mengkhatamkan juz 30 ini di Syekh Quro. 

Sebelum saya menuju Karawang, saya sempat browsing di internet untuk mengetahui tentang Syekh Quro, pengetahuan Syekh Quro sebelumnya juga telah saya dapati dari Guru Saya TheGrand-Mufti Kesultanan Palembang Darussalam, bahwa beliau adalah seorang Azmatkhan. 

Berdasarkan keterangan TheGrand-Mufti Kesultanan Palembang Darussalam dan beberapa buku yang saya baca, saya ketahui ternyata Syekh Quro ini bernama asli Maulana Hasanuddin bin Sayyid Yusuf Siddiq Azmatkhan (ulama dari Champa). Beliau adalah terkenal sebagai seorang Qori Al Quran yang luar biasa. Yang juga sangat menarik. Ternyata ketika beliau menuju Karawang ini beliau ikut rombongan Cheng Hoo yang juga seorang Ahlul Bait, dan nama beliau Syekh Hasanuddin memang saya dapati dibeberapa buku biografi Cheng Hoo. Dalam Sejarah Banten dan Cirebon, Syekh quro ini diakui sebagai guru besar dan merupakan kakek dari Sunan gunung Jati dari jalur ibu. sehingga keberadaan beliau tentulah sangat istimewa dimata kedua kesultanan ini. Syekh Quro ini juga sering disebut sebut oleh Ridwan Saidi sebagai penyebar agama islam yang awal di Jakarta yang pada dahulu bernama Nusa kelapa. Ridwan Saidi Sering mengangkat nama Syekh Quro dibanding Fatahillah dan Sunan Gunung Jati, Padahal ridwan harus tahu bahwa Syekh Quro ini adalah masih merupakan keluarga besar AZMATKHAN atau WALISONGO. 

Sialnya dalam mencari data tentang Syekh Quro selanjutnya, laptop saya rusak berat, dan hp saya error, sehingga komunikasi saya terputus dengan banyak fihak baik lewat SMS maupun lewat dunia maya ini. Apa boleh buat, setelah lobi sana sini, baru beberapa hari ini saya bisa mendapatkan laptop pinjaman. dan hari selasa kemarin, saya akhirnya bisa mencari data tentang syekh quro.

Namun seperti biasa, setiap informasi yang saya dapat saya olah kembali..setelah saya olah dan analisa, dengan mengucap bismillah, maka kemarin subuh saya memulai perjalan kekarawang untuk khataman qur'an dimakam syekh quro..

Perjalanan dimulai setelah sholat subuh dengan mengendarai motor, sebelumnya saya sempat was-was kalau motor ini akan ngadat, maklum sudah satu tahun nyaris tidak pernah diservis, namun dengan rasa PD yang tinggi saya tetap "nekat" berangkat kekarawang. Perjalanan kekarawang mengingatkan saya akan kisah KARAWANG BEKASI. Kisah Heroik perlawanan KH Nur Ali (SINGA KARAWANG) dengan penjajah belanda yang cukup legendaris di bekasi. KARAWANG BEKASI adalah perjuangan yang heroik, sampai sampai kyai NU di Jawa Timur dan Jawa Barat sangat kagum dengan perlawanan Heroik KH Nur Ali dengan Laskar Hizbullahnya

Perjalanan dari Jakarta ke Karawang sangat mengasikkan, karena berbarengan dengan para pemudik yang akan pulang kampung. Sepanjang perjalanan iring iringan pemudik terlihat padat. Perjalanan kekarawangan ini saya rasakan lancar lancar saja, apalagi pemandangan sawah di karawang sangat menggoda saya, indah, hijau dan berkabut karena masih pagi. perjalanan dengan motor ini saya mulai dari km 646. dalam perjalanan ke syekh quro ini, saya banyak bertanya, dimana lokasi makam Syekh Quro, Alhamdulillah semua pertanyaan saya dijawab dengan baik oleh beberapa orang yang saya tanya, rata-rata mereka tahu makam syekh quro, cuma yang mengejutkan ternyata makam syekh quro itu masih jauh dari kota karawang, sekitar 26 km!!. Namun demikian perjalanan tetap saya nikmati.

Disetiap tempat istirahat pemudik, saya lihat banyak mereka istirahat bersama dengan anak istrinya, sedangkan saya terus melakukan "touring religi". 

Tidak terasa, setelah matahari terasa mulai menyengat, akhirnya saya menemukan plang makam Syekh Quro yang berada di tepi jalan raya yang bernama SYEKH QURO!!. Saya langsung senang, dan sempat foto foto plang tersebut. Dari plang tersebut saya langsung kedesa Pulokelapa kecamatan lemah abang. Sepanjang perjalanan menuju makam, saya disuguhi pemandangan sawah yang menakjubkan. Saya sampai berucap, Ah...pantas Syekh Quro menyenangi tempat ini, suasananya teduh dan menyenangkan...dalam perjalanan menuju makam, saya sempat hunting foto-foto dengan suasana pedesaan yang masih sepi dan asri.Menurut saya suasana desa ini benar benar alami sekali, membuat saya nikmat dan lupa akan lelah membawa motor dari jakarta ke desa ini...

Kira-kira jam 08.15 pagi, akhirnya saya tiba didepan pintu gerbang makam Syekh Quro. Dari sini saya parkir dan langsung masuk ke lokasi makam. Sebelum saya masuk, kelokasi makam syekh quro, saya sempat foto foto suasana makam, yang saat ini sedang sepi, karena mungkin sudah mendekati akhir ramadhan. Saat itu juru kunci makam tidak ada, sehingga saya memutuskan langsung berziarah dan khataman qur'an. Sebelumnya saya sempat tertegun, dalam hati saya berkata, "lho kok hampir sama ya suasananya dengan makam-makam walisongo yang lain....." kok mirip dengan suasana demak, gunung jati dan makam makam walisongo lain ya..." Saya sempat berkata juga, "wah pantas kalau syekh quro senang ditempat ini...." enak dan tenang tempat ini..." tempat ini juga cocok untuk pesantren...Saya jadi ingat juga waktu disunan ampel....

Saat itu saya sendirian dimakam, sehingga membuat saya seolah olah menjadi "penguasa" makam saja ....Rasanya ketika saya melakukan pembacaan pembacaan tersebut, saya jadi ingat ketika berziarah ke makam walisongo lain, apalagi bentuk makam beliau ini mirip dengan makam walisongo lain, ada kubah dan bangunan yang mirip dengan makam makam walisongo lain. Suasana juga sangat mirip dengan makam walisongo, baik itu masjid, tempat zikir, sumur, tempat menginap, parkir sampai adanya pasar dan para pengemis. suasana lokasi makam juga terlihat bersih dan nyaman (mungkin karena saya ziarah seorang diri kali ya...), namun demikian Saya bisa melakukan khataman qur'an dan melakukan tahlil dengan khusuk dan tenang. Setelah saya melakukan khataman dan tahlil, saya kembali foto foto makam syekh quro. Kebetulan saat saya selesai berdoa ada pengurus makam yang datang. Kesempatan ini tidak saya sia-siakan untuk "menginterogasi" sang pengurus makam yang bernama Pak Jain itu. Banyak saya ngobrol dengan bapak ini. Namun harus saya akui pengetahuan beliau akan syekh quro masih kurang. Namun tidak apa-apa yang penting saya tetap dapat informasi. Pak Jain juga mengatakan bahwa semua benda yang ada dilokasi makam adalah sumbangan dari para penziarah, termasuk bangunan makam. kepengurusan makam menurut Pak Jain kini dipegang pengurus desa. Pak Jain sempat "curhat", menurut beliau semua juru kunci dimakam, tidak menggantungkan hidup lewat makam, semua ikhlas, namun sekali kali mereka juga berharap sih dari para penziarah, kalau tidak ada penziarah, kata pak Jain ya "gigit jari deh".....wah sempat terenyuh juga saya mendengarnya.

Sempat saya tanya kepada beliau, kenapa silsilah beliau tidak dipajang? menurut beliau biasanya silsilah dimunculkan pada saat khaul dibulan sya'ban. Pak Jain juga mengatakan jika Syekh Quro tidak ada keturunan..."wah saya sih belum yakin dengan kalimat ini....Karena setahu saya keluarga besar AZMATKHAN keturunannya banyak dan rata rata menikah dan punya anak. Dan kenyataanya sunan gunung Jati adalah cucunya. Ada juga Yang mengatakan jika SYEKH BENTONG adalah salah satu anak dari SYEKH QURO INI. Saya yakin jika beliau ini mempunyai banyak keturunan, saya yakin sekali itu.

Satu hal yang saya catat, dan kiranya ini sangat penting adalah, bahwa disetiap makam, harusnya ada buku sejarah tentang syekh quro ini, agar setiap penziarah punya oleh oleh pengetahuan ketika mereka pulang. menurut Pak Jain dulu buku biografi syekh quro itu ada, namun kini sudah tidak dicetak lagi....sayapun jadi gigit jari untuk mendapat buku itu...

Jam 09.10 saya memutuskan kembali pulang, namun kira kira 1 km dari arah makam, saya mampir kemakam penemu makam SYEKH QURO yaitu RADEN SUMADIREJA. Saya sempat berziarah kemakam beliau ini, dimakam ini saya ketemu seorang tukang bangunan yang kebetulan tahu sedikit hari hari ziarah yang ramai. menurut beliau dan juga pak jain tadi, waktu ziarah yang ramai adalah malam sabtu, khususnya kliwon. Biasanya akan ramai dari penziarah..

Dari lokasi penemu makam Syekh Quro ini saya langsung kembali pulang. Udara cukup menyengat,namun saya tetap enjoy saja. Dan Alhamdulilah jam 12.30 saya tiba di Jakarta dengan Selamat. 

Demikian oleh-oleh saya dari makam MAULANA HASANUDDIN/SYEKH QURO bin SAYYID YUSUF SIDDIQ AZMATKHAN ini, semoga bermanfaat...

Wallahu A'lam Bisshowab...