Rabu, 21 Agustus 2013

Jenderal Soedirman, Jenderal Azmatkhan Dengan Setengah Paru-Paru (Jenderal Dengan Perang Gerilya Yang Legendaris)

Oleh:

Sayyid Iwan Mahmoed Al-Fattah Azmatkhan

Jenderal Sudirman? Siapa yang tidak kenal dengan nama Jenderal yang satu ini, Jenderal yang satu ini sangat legendaris dimata bangsa indonesia, Kepiwaiannya dalam melakukan perang gerilya diakui kawan dan lawan. Melalui perlawanan dan perjuangannya Indonesia akhirnya diakui kemerdekaannya. Sudirman adalah tipikal pejuang sejati. Dalam usia yang masih dibawah 30 tahun dia telah berhasil menjadi pemimpin militer di negara ini. Dimata TNI sendiri, Sudirman adalah sosok yang sangat diidolakan. Foto beliau terpasang dengan gagah di Markas Besar TNI. Jenderal Besar Abdul Haris Nasution bahkan dalam tulisan di beberapa bukunya seperti Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 1 s/d 9, sering menyebut nama Jenderal Sudirman sebagai orang yang memberi pengaruh dalam karir militernya. Nasution bahkan meniru prinsip prinsip hidup dari Sudirman. Nasution bahkan menjadikan Sudirman idolanya. Bisa dikatakan jika Nasution Copi Paste cara hidup dari Pak Dirman yang penuh dengan Kesederhanaan, Intelek, Agamis, Jagoan Lapangan dan Cerdas. Buku Pokok Pokok Perang Gerilya yang ia Susun bahkan mengambil dari ajaran ajaran Pak Dirman (begitu nasution memanggil Jenderal Sudirman). Buku pokok pokok perang gerilya ini bahkan diadopsi oleh vietkong pada saat perang vietnam dan Amerika, sehingga akhirnya Amerika keluar dari Vietnam dengan memalukan. Perang Gerilya yang dilakukan Pak Dirman kemudian dijadikan sebuah sistem oleh Pak Nas, besar kemungkinan Pak Dirman juga mengadopsi dari Pangeran Diponegoro, karena bila dilihat secara geografis perang mereka, Pak Dirman dan Pangeran Diponegoro sama-sama satu wilayah. Jadi dengan kontur daerah yang sama sangat wajar jika perang gerilya Pak Dirman dan Pangeran Diponegoro sama.

Perang Gerilya yang dilakukan Pak Dirman dengan pasukannya memang sangat legendaris. Perang ini adalah perang yang menentukan dalam mempertahankan kemerdekaan. Beberapa kali penyergapan yang dilakukan Belanda, namun dengan cara perang gerilya ini Pak Dirman selalu mampu meloloskan diri. Perjuangan ini sangat berat, karena pasukan Pak Dirman selalu melakukan perjalanan kaki dengan jarak yang panjang dan tidak terbatas, perjalanan ini dikenal dengan nama Long March. 

Perjalanan panjang atau Long March ini memang berat, Kita bisa bayangkan mereka para pejuang harus jalan kaki, naik dan turun gunung, melewati hutan, berjalan diaspal panas, bahkan banyak pasukan Pak Dirman yang tidak memakai sepatu lapangan. Jangankan sepatu lapangan, baju dan atribut militer saja banyak yang tidak punya, Pak Dirman sendiri dalam melakukan siasat perangnya lebih banyak memakai jubah seperti jubahya ulama dan ikat kepala (blangkon ala sunan kalijaga) dengan tongkat. Saya sendiri jika melihat sosok Pak Dirman dengan pakaian seperti itu seolah olah mengingatkan saya akan keluarga besar walisongo. Betul-betul pada masa itu perjuangan Pak Dirman dan Pasukannya sangat berat. Beberapa Prajurit TNI AD yang saya kenal bahkan pernah berseloroh dan bergurau kepada saya, “Gara-gara” Pak Dirman, mereka harus melakukan Long March (jalan kaki) dalam Pendidikan dan Latihan Dasar Militer dengan jarak ratusan Km. Kopassus bahkan untuk melakukan pembaretan harus menempuh long march yang jaraknya cukup “mematikan”. Jika gagal di Long March ini, maka gagallah ia menjadi prajurit kebanggaan TNI AD. Saya sendiri saat Pendidikan Dasar Wanadri tahun 2001 pernah merasakan bagaimana “nikmatnya” Long March dengan jarak yang cukup “mencekam” . Lebih Gak enaknya ketika jarak 35 km harus Long March melewati Bantalan Rel Kereta Api Dengan Cuaca yang panas menyengat. Tidak heran Fase ini banyak yang gugur dan dipulangkan kerumah. Dari subuh kembali subuh dengan membawa beban ransel yang berat saya dan teman teman harus melewati berbagai rintangan. Pendidikan Dasar Wanadri khususnya Long March sendiri mirip Kopassus, sedangkan Kopassus mengadopsi Long Marchnya Pak Dirman.

Perjalanan Long March adalah perjalanan kekuatan mental, sangat melelahkan dan mampu membuat fisik kita anjlok pada titik yang ternol. Bagi yang memiliki mental kerupuk, sudah pasti dia “gugur” saat diperjalanan. Bagaimana pula pada masa Pak Dirman ketika ia berperang dengan sistem gerilya apalagi jika kondisinya musim kemarau dengan makanan dan minuman yang serba terbatas. Yang mengagumkan dengan kondisi yang serba darurat tersebut, Pak Dirman masih bisa bertahan dengan setangah paru-paru. Bayangkan! Dengan setengah paru-paru ia sanggup melakukan perlawanan disana sini. Walaupun ia harus ditandu kesana kemari, namun sikap kerasnya terhadap penjajah tidak luntur, Bahkan saat Soekarno masih ingin berdiplomasi dengan Belanda, Pak Dirman masih bersikeras melawan penjajah belanda (sebuah sikap pejuang sejati). Dengan paru-paru yang tinggal sebelah yang berfungsi, mungkin secara logika pertempuran akan sulit dikontrol, namun Pak Dirman membuktikan jika ia bukanlah Jenderal Kemarin Sore, Pak Dirman membuktikan jika ia bukan jenderal cengeng, yang baru sakit sedikit sudah mengeluh. Sebagai seorang Panglima Besar penyakit seperti ini tentu secara logika sangat mengganggu, namun Pak Dirman tidak pernah menunjukkan dirinya jika dia “berpenyakitan” . Tidak terlihat jika ia seperti orang sakit. Inilah yang membuat nyali pasukannya tidak pernah turun. Pemimpin mereka yang sudah kritis saja masih bisa bertempur apalagi mereka yang sehat dan segar bugar. Dengan kondisi setengah paru-paru pertempuran demi pertempuran terus berlanjut. Tentu dengan kondisi setengah paru-paru yang kurang berfungsi baik, Penjajah akan menyangka jika Pak Dirman tinggal tunggu waktu kematiannya saja, namun penjajah kecele, karena dari tahun 1945 sd 1949 perlawanan Pak Dirman dan Pasukannya tidak pernah berhenti, bahkan tidak pernah tertangkap. 

Pasukan Pak Dirman memang terkenal hebat dan terkenal cerdik, tidak heran alumni pasukan Pak Dirman ini banyak yang jadi tokoh militer yang sukses seperti Jenderal AH Nasution dan Presiden RI Soeharto, sehingga tidak heran Pak Dirman, Pak Nas dan Pak harto mempunyai Pangkat Jenderal Besar dengan 5 bintang, karena jasa jasa dalam bidang militer. Terlepas Pak Harto dulunya Kontroversial, namun jasa dia dalam bidang militer tetap harus diingat.

Namun Dibalik sosok Pak Dirman yang sederhana, tidak banyak yang tahu jika ternyata beliau ini adalah keturunan dari keluarga besar walisongo. Dalam Kitab Nasab Ensiklopedia Nasab Al Husaini yang disusun oleh Sayyid Bahruddin Azmatkhan Al Hafizh dan Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Al Hafizh, Penerbit Madawis, Tahun 2011, sosok Pak Dirman ternyata masih menjadi bagian keluarga besar walisongo. Artinya beliau ini adalah Azmatkhan Tulen. Keluarga Besar Walisongo pantas bersyukur memiliki putra terbaiknya dalam memperjuangkan negara ini. Saat perjuangan dulu hubungan Pak Dirman dengan beberapa Kyai Kyai di Jawa Barat, tengah, dan Timur juga berlangsung baik. Perjuangan Pak Dirman yang tidak kenal lelah sangat didukung ulama ulama di Jawa dan Daerah lain. Sekalipun beliau berasal dari guru yang berlatar belakang muhammadiyah namun hubungan baik beliau dengan berbagai elemen bahkan cukup baik, termasuk ulama ulama NU hubungan Pak Dirman sangat Akrab, bahkan Pak Dirman pernah kagum dengan perlawanan KH Noer Ali dengan pasukannya Hizbullahnya saat mempertahankan diri Bekasi, sehingga perlawanan KH Nur Ali dibuatkan syair oleh salah seorang penyair yang terkenal yaitu Khairil Anwar dengan judul Karawang Bekasi.

Perlawanan Pak Dirman terhadap agresi militer belanda terus dilakukan, namun dengan setengah paru-parunya yang memang sudah parah, kondisi pak dirman lambat laun menurun. Sekalipun usia beliau pada saat menjadi Panglima Besar TNI masih muda, namun dengan kondisi kesehatan yang sudah menurun akhirnya ditahun 1949 Pak Dirman wafat. Indonesia kehilangan putra terbaiknya. Pak dirman wafat dalam usia 34 tahun. Sebuah usia yang masih sangat muda. Namun dengan usia yang masih muda itu beliau telah mampu mengukir sejarah. Dengan usia yang masih muda, beliau telah mencapai gelar tertinggi dalam karir militer, dalam usia yang masih muda, sosoknya banyak dikagumi oleh kawan dan lawan. Presiden Soekarno sendiri ketika mendengar kewafatan Pak Dirman, beliau sangat bersedih, Pak Karno sangat menghormati sikap dan prinsip hidup Pak Dirman, sekalipun dirinya dan Pak Dirman sering berbeda pendapat dalam cara mempertahankan kemerdekaan, namun hubungan keduanya sangat erat, salah satu foto mereka yang ketika berpelukan menandakan jika hubungan mereka sangatlah dekat, Sehingga sangat wajar Pak Karno sangat terpukul dengan kematian Pak Dirman. Namun pejuang tetaplah pejuang, sekalipun ia telah tiada, perjuangannya tidak akan pernah berhenti ditangan penerusnya...

Sebuah lagu tentang beliau yang diajarkan seseorang kawan saya yang juga seorang prajurit TNI yang masih saya ingat yang berjudul SUDIRMAN, bunyinya adalah : 

Didalam Keremangan, dibawah terik matahari
Letih dan Lelah tak dirasakan
Desir peluru selalu mengintai
Hutan Rimba Gunung tinggi Dia Daki
Semangat Bela Pertiwi
Hanya ada Satu cita didalam hati
Merdeka atau Mati!
Hidup Sudirman...Hidup Sudirman
Sudirman Pahlawan Kami...

SELAMAT JALAN PAK DIRMAN, KELUARGA BESAR WALISONGO SANGAT BANGGA AKAN DIRIMU.....